Rabu, 16 September 2009

masa tua

"barang siapa yang berumur lebih dari 40 tahun sedangkan amal baiknya lebih sedikit daripada amal baiknya maka bersiaplah mencicipi api neraka" kata mutiara ulama
(pengajian kuliah subuh 27 ramadhan dalam penjara suci)

profil penggoda ulung

BIODATA IBLIS:
~nama: iblis
~pangkat: pimpinan tertinggi ~setan,jin dan setan manusia
~gelar: laknatullah 'alaihi
~lahir: sebelum nabi adam tercipta
~domisili: tempat yg kotor,toilet,rumah manusia yg tdk pernah disebut Asma ALLAH didalamnya
~singgasana: diatas air
~agama: kafir
~sosok dan rupa: karena makhluk ghaib jd tak mudah dilihat,sering muncul dlm wujud manusia,anjing hitam,ular,hantu
~jabatan: pimpinan orang kafir dan orang sesat
~masa jabatan: sampai hari kiamat
~bahasa: menguasai semua bahasa
~juru bicara: dukun,paranormal
~tangan kanan: pemimpin dalam kekufuran
~murid: semua setan,jin dan setan manusia
~kroni: orang kafir,fasik,murtad,munafik
~kekasih: para wanita penghibur dan tukang zina
~musuh utama: para nabi dan ulama pewaris nabi
~musuh umum: orang muslim,mukmin,mukhsin
~hobi: menyesatkan manusia
~cita-cita: menjadikan manusia dan jin kafir sebagai pengikutnya
~tujuan hidup: menggiring manusia ke neraka
~menu favorit: sesaji,khomar,
~tempat nongkrong: tempat najis dan maksiat
~tempat yg dibenci: masjid,majlis ilmu
~logo favorit: simbol2 iblis
~mata pencaharian: semua harta haram
~alat komunikasi: adu domba,dusta,khianat
~suara favorit: lagu mesum
~suara yg dibenci: tilawah al-qur'an,amar ma'ruf nahi munkar

zakat fitrah

zakat fitrah berfungsi untuk membersihkan jiwa. ada ulama yang berpendapat bahwa pahala orang yang berpuasa belum dibawa kehadapan KHOLIQ jika orang tersebut belum mengeluarkan zakat fitrah.sedangkan orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah adalah orang yang masih melihat akhir dari bulan ramadhan dan melihat awal bulan syawal.jika ada orang yang meninggal dunia sebelum terbenamnya matahari akhir bulan ramadhan,maka orang tersebut tidak wajib mengeluarkan zakat.jika ada bayi lahir sebelum matahari terbenam pada akhir bulan ramadhan,maka wajib mengeluarkan zakat fitrah.sedangkan yang dipakai untuk zakat fitrah para ahli fiqh berpendapat adalah bahan pangan yang memberi kekuatan yang dikonsumsi oleh masyarakat umum suatu negara.di Indonesia umumnya adalah beras,jadi bila ada orang yang zakat fitrah dengan uang maka tidak sah zakatnya,kecuali dengan beras.takaran zakat fitrah adalah sekitar 2.5 kg menurut ijma' ulama.

Senin, 15 Juni 2009

kebiasaan buruk bagi otak

Otak manusia terdiri lebih dari 100 miliar syaraf yang masing-masing terkait dengan 10 ribu syaraf lain. Bayangkan, dengan kerumitan otak seperti itu, maka Anda wajib menyayangi otak Anda cukup dengan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering disepelekan. Otak adalah organ tubuh vital yang merupakan pusat pengendali sistem syaraf pusat. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya. Sungguh suatu tugas yang sangat rumit dan banyak.

Maka, hindarilah 10 kebiasaan buruk di bawah jika Anda masih ingin otak Anda bekerja dengan baik.

1. Tidak Mau Sarapan
Banyak orang yang menyepelekan sarapan. Padahal tidak mengkonsumsi apapun di pagi hari menyebabkan turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini berakibat pada kurangnya masukan nutrisi pada otak yang akhirnya berakhir pada kemunduran otak. Sarapan yang terbaik di pagi hari bukanlah makanan berat seperti nasi goreng spesial, tetapi cukup air putih dan segelas jus buah segar. Ringkas dan berguna untuk tubuh!

2. Kebanyakan Makan
Terlalu banyak makan mengeraskan pembuluh otak yang biasanya menuntun orang pada menurunnya kekuatan mental. Jadi makanlah dalam porsi yang normal. Biasakan menahan diri dengan cara berhenti makan sebelum Anda kekenyangan.

3. Merokok
Jika rokok memiliki segudang efek buruk, semua orang pasti sudah tahu. Dan ada satu lagi efek buruk rokok yang terungkap di sini. Merokok ternyata berakibat sangat mengerikan pada otak! Bayangkan, otak manusia lama kelamaan bisa menyusut dan akhirnya kehilangan fungsi-fungsinya karena rajin menghisap benda berasap itu. Tak ayal di waktu tua bahkan pada saat masih muda sekalipun, kita rawan alzheimer (alzheimer adalah penyakit pikun).

4. Terlalu Banyak Mengkonsumsi Gula
Terlalu banyak asupan gula akan menghalangi penyerapan protein dan gizi sehingga tubuh kekurangan nutrisi dan perkembangan otak terganggu. Karena itu, kurangi konsumsi makanan manis favorit Anda5.

5. Otak adalah bagian tubuh yang paling banyak menyerap udara. Terlalu lama berada di lingkungan dengan udara berpolusi membuat kerja otak tidak efisien.

6. Kurang Tidur
Tidur memberikan kesempatan otak untuk beristirahat. Sering melalaikan tidur membuat sel-sel otak menjadi mati kelelahan. Tapi jangan juga kebanyakan tidur karena bisa membuat Anda menjadi pemalas yang lamban. Sebaiknya tidur 6-8 jam sehari agar sehat dan bugar.

7. Menutup Kepala Ketika Sedang Tidur
Tidur dengan kepala yang ditutupi merupakan kebiasaan buruk yang sangat berbahaya karena karbondioksida yang diproduksi selama tidur terkonsentrasi sehingga otak tercemar. Jangan heran kalau lama kelamaan otak menjadi rusak.

8. Berpikir Terlalu Keras Ketika Sedang Sakit
Bekerja keras atau belajar ketika kondisi tubuh sedang tidak fit juga memperparah ketidakefektifan otak. Sudah tahu sedang tidak sehat, sebaiknya istirahat total dan jangan forsir otak Anda.

9. Kurangnya Stimulasi Otak
Berpikir adalah cara terbaik untuk melatih kerja otak. Kurang berpikir akan membuat otak menyusut dan akhirnya tidak berfungsi maksimal. Rajin membaca, mendengar musik dan bermain (catur, scrabble, dll) membuat otak Anda terbiasa berpikir aktif dan kreatif.

10. Jarang Bicara
Percakapan intelektual biasanya membawa efek bagus pada kerja otak. Jadi jangan terlalu bangga menjadi pendiam. Obrolan yang bermutu sangat baik untuk kesehatan Anda.

Senin, 08 Juni 2009

ADAB MENUNTUT ILMU

• Ikhlash semata karena Allah Ta’ala dalam menuntut dan menimba ilmu.
• Harus mengetahui tentang keutamaan dan pentingnya ilmu syara’.
• Berdo’a kepada Allah agar diberikan taufiq dalam menuntut ilmu.
• Bersemangat untuk bersafari dalam menuntut ilmu.
• Menghadiri halaqah-halaqah ilmu semampunya.
• Jika seseorang terlambat dalam menghadiri majlis ilmu, maka lebih baik baginya untuk tidak mengucapkan salam jika hal tersebut bisa mengganggu perjalanan majlis tersebut. Namun jika tidak memberikan pengaruh apapun maka mengucapkan salam adalah sunnah.
• Diriwayatkan dari Imam Ahmad rahimhullah bahwa seorang lelaki bertanya kepadanya: “Aku ingin menuntut ilmu tapi ibuku mencegahku untuk mewujudkan keinginanku, dia ingin agar aku menyibukkan diri dengan berdagang. Beliau menjawab: “Hendaklah dia tetap tinggal di rumahnya, dan di kampung halamannya, serta janganlah kamu meninggalkan menuntut ilmu”.
• Tidak beramal dengan ilmu adalah sebab hilangnya barakah ilmu tersebut, Allah  telah mengecam mereka yang berkelakuan seperti ini dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لاَ تَفْعَلُوْنَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُوْلُوْا مَالاَ تَفْعَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. Dari Imam Ahmad diceritakan bahwa beliau berkata: Tidaklah aku menulis sebuah hadits dari Nabi  kecuali aku telah mengamalkannya, sampai aku mengetahui sebuah hadits di mana Nabi  berbekam dan mengupah Abi Thaibah satu dinar maka aku memberikan orang yang membekamiku satu dinar saat aku berbekam padanya.
• Merasa rugi dengan kehilangan para ulama yang semasa dengan dirinya, mentauladani adab dan akhlaq mereka, Al-Khallal meriwayatkan tentang akhlaq Imam Ahmad dari Ibrahim, menceritakan: Mereka jika mendatangi seseorang untuk menuntut ilmu darinya maka mereka terlebih dahulu melihat pada shalatnya, sifat dan penampilannya barulah kemudian mereka menimba ilmu darinya. Dari A’masy, ia berkata: Mereka (generasi salaf) belajar dari orang yang faqih segala sesuatu bahkan cara memakai pakian dan sandal” .
• Beradab dan berbudi dalam menuntut ilmu.
• Hadiri secara terus menerus dalam majlis ilmu dan tidak malas.
• Tidak putus asa dan merendahkan diri, hendaklah dia mengingat firman Allah :
وَ اللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا
"Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun”. Terlebih jika ia merasakan kesulitan terhadap apa-apa yang dipelajarinya.
• Membaca buku-buku yang memotifasi untuk menuntut ilmu, mengetahui metode yang benar dalam menimbanya serta mengetahui kekurangan dan kesalahan yang terjadi pada dirinya.
• Menjaga agar selalu bergegas menghadiri majlis ilmu dan memanfaatkan waktu.
• Mengejar pelajaran yang tertinggal.
• Menulis catatan penting pada sampul luar buku atau kertas lainnya.
• Memperhatikan agar selalu membaca ulang catatan penting tersebut.
• Saat membeli buku sebaiknya seseorang membuka halamannya secara umum.
• Tidak melempar buku di atas tanah, seseorang telah melakukannya di hadapan Imam Ahmad rahimahullah, akhirnya beliau marah dan berkata: Seperti inikah prilaku kita terhadap ucapan para para ulama yang mulia”.
• Tidak memotong pebicaraan seorang guru sampai dia selesai menerangkan masalahnya, Imam Bukhari berkata: “Bab Man Su’ila Ilman Wa Huwa Musytagilun Fi Haditsihi Fa Atammal Hadits” (Bab tentang orang yang ditanya masalah ilmu, sementara dia sibuk dalam menjelaskan sesuatu maka hendaklah dia menyempurnakan penjelasannya) kemudian beliau menyebutkan hadits bahwa seorang badui berkata kepada Nabi  saat beliau berkhutbah: Kapankah hari kiamat terjadi?, namun Rasulullah tetap melanjutkan khutbahnya sampai orang badui tersebut berpaling darinya, sehingga saat beliau menyempurnakan khutbahnya, beliau bertanya:”Di manakah orang yang bertanya tentang hari kiamat?” .
• Ibnul Jauzi berkata: Dan pada saat seorang penuntut ilmu tidak memahami suatu pelajaran, hendaklah dia bersabar sampai gurunya tersebut berhenti berbicara, lalu barulah bertanya kepada syekh dengan beradab dan cara yang lembut serta tidak memotong penjelasan gurunya saat berbicara.
• Beradab dalam mengajukan pertanyaan kepada guru, maka hendaklah seseorang tidak bertanya dengan pertanyaan yang sengaja dibuat-buat dan dipaksakan, atau mengajukan pertanyaan yang telah diketahui jawabannya dengan tujuan menyingkap kelemahan guru atau untuk menampakkan kemampuan diri yang telah mengetahui masalah tersebut, atau bertanya dengan suatu pertanyaan yang tidak terjadi. Para ulama salaf mencela perbuatan seperti ini yaitu jika seseorang mengajukan pertanyaan yang dipaksakan.
• Seorang penuntut ilmu harus menjalankan hak ilmu di masjid.
• Seorang penuntut ilmu menjalankan hak ilmu di rumah. Imam Bukhari rahimhullah berkata: (Bab Ta’limur Rajul Amatahu Wa Ahlahu) lalu beliau menyebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asya’ari radhiallahu anhu berkata: Rasulullah  bersabda:
ثَلاَثَةٌ لَهُمْ أَجْرَانِ: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ اْلكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَآمَنَ بِمُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْعَبْدُ الْمَمْلُوْكُ إِذَا أَدَّى حَقَّ اللهِ وَحَقَّ مَوَالِيْهِ وَرَجُلٌ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهَا وَعَلَّمَهَا فَأَحْسَنَ تَعْلِيْمَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا فَتَزَوَّجَهَا فَلُهُ أَجْرَانِ
“Tiga golongan akan mendapat dua pahala: Seorang lelaki dari ahli kitab yang beriman dengan Nabinya dan beriman dengan Nabi Muhammad , seorang hamba sahaya yang telah menunaikan hak Allah terhadap dirinya dan hak pemiliknya, dan lelaki yang mempunyai seorang budak perempuan lalu dia mengajarkannya akhlak dan pendidikan yang baik kemudian dimerdekakannya dan dinikahinya maka dia mendapat dua pahala”.
• Membaca biografi para ulama.
• Membaca tentang tuntunan hukum yang berhubungan dengan beberapa musim-musim ibadah tertentu sebelum musim tersebut tiba seperti: ramadhan dan hukum-hukum yang berhubungan dengan puasa, sepuluh hari pertama bulan zulhijjah dan tuntunan berkurban…”.
• Perhatian terhadap pembelian buku-buku yang secara khusus membahas masalah-masalah fiqh, seperti buku yang membahas tentang sunnah-sunnah rawatib atau shalat malam dan lain-lain…..
• Mempunyai prioritas dalam menuntut ilmu.
• Memulai dengan perkara yang terpenting, termasuk petunjuk Nabi  memulai dengan perkara yang terpenting yang membuat dirinya merasa terpanggil dengannya. Oleh karena itulah, saat Utban bin Malik memanggil Rasulullah  dan berkata kepadanya: “Aku ingin engkau mendatangi rumahku dan shalat padanya agar tempat yang shalatmu aku jadikan sebagai mushalla bagiku”. Maka Nabi  bersama beberapa shahabat beliau begegas menuju rumahnya, lalu saat telah sampai di rumah Utban dan meminta izin untuk masuk ternyata Utban telah membuatkan bagi mereka makanan, namun Rasulullah  tidak memulai dengan menyantap makanan akan tetapi bertanya kepadanya: “Di manakah tempat yang engkau ingin aku shalat padanya?”. Maka Utbanpun menunjukkan tempat tersebut lalu beliau shalat padanya, kemudian barulah dia duduk untuk menyantap makanan”.
• Waspada terhadap sifat merasa sudah alim.
• Memuji Allah saat menyebut namaNya.
• Bershalawat kepada Nabi  saat menyebut nama beliau.
• Berdo’a agar para shahabat diredhai saat menyebut nama salah seorang dari mereka.
• Berdo’a saat menyebut nama para ulama (yang telah tiada) agar diberikan rahmat oleh Allah kepada mereka.
• Tidak menyebutkan sebuah referensi kecuali setelah engkau membaca secara langsung apa yang ada padanya.
• Tidak menisbatkan riwayat sebuah hadits kepada tokoh selain Bukahri dan Muslim jika hadits tersebut ada di dalam kitab Bukahri dan Muslim atau tercantum pada salah satu dari keduanya.
• Teliti di dalam mengambil perkataan orang lain.
• Menisbatkan sebuah kesimpulan tentang hal yang penting kepada pemiliknya.
• Tidak meremehkan sebuah kesimpulan yang penting sekalipun sedikit.
• Waspada terhadap sikap menyembunyikan kesimpulan yang penting.
• Waspada terhadap tindakan memperkuat pendapat dengan riwayat-riwayat yang lemah dan palsu.
• Tidak melemahkan sebuah hadits kecuali setalah mencari dan bertanya tentang kekuatan hadits tersebut.
• Tidak meremehkan masalah-masalah yang ditanyakan kepadamu, sebab hal tersebut menuntutnmu untuk mencari dan meneliti masalah.
• Membawa buku kecil untuk menulis masalah-masalah dan pertanyaan yang penting.
• Waspada terhadap tindakan meyibukkan diri dengan perkara-perkara yang mubah.
• Tidak menyibukkan diri dengan memperbanyak memfoto copy manuskrip-manuskrip dan mencermati cetakan yang banyak bagi satu kitab kecuali untuk memperoleh manfaat.
• Mengunjungi toko buku-toko buku untuk mengetahui buku-buku baru.
• Menjauhi istilah-istilah ilmiyah yang sama dalam penyebutannya.
• Membaca buku-buku yang menjelaskan tentang makna bagi istilah-istilah yang dipakai oleh pengarang atau menerangkan tentang metode buku tersebut dan pembahasan yang terdapat di dalamnya.
• Tidak tergesa-gesa di dalam (mengklaim diri telah) memahami pembahasan, baik pembahasan tersebut berupa tulisan yang dibaca atau sesuatu yang didengar, Ibnul Qoyyim rahimhullah menceritakan tentang Ayyub Al-Sakhtiyani rahimhullah bahwasanya beliau saat ditanya oleh seseorang ia berkata kepadanya: Ulangilah pertanyaanmu!. Jika orang tersebut mengatakan pertanyaan yang sama seperti pertanyaan yang sebelumnya maka ia menjawab pertanyaan tersebut, namun jika tidak maka beliaupun tidak menjawabnya.
• Banyak membaca buku-buku yang berhubungan dengan fatwa-fatwa.
• Tidak tergesa-gesa di dalam menolak sesuatu secara umum/mejeneralisir penolakan
• Jelaskanlah dengan jujur jika engkau meriwayatkan hadits dengan maknanya.
• Menjauhi menggunakan kata-kata pujian untuk mengagungkan diri sendiri.
• Menerima kritik dan nasehat dengan jujur tanpa bersikap pura-pura.
• Tidak bersedih dengan minimnya orang yang belajar dari dirinya, dan Al-Dzahbi meriwayatkan tentang biogarfi Atho’ bin Abi Robah bahwa tidak belajar kepada dirinya kecuali sembilan atau delapan orang saja.
• Waspada terhadap kegiatan menyia-nyiakan waktu untuk mencari sesuatu yang tidak bermanfaat, seperti masalah-masalah yang ganjil dan perkara-perkara yang aneh seperti warna anjing ashabul kahfi atau jenis pohon yang makan oleh Adam alais salam atau ukuran panjang kapal Nabi Nuh alahissalam dan lain-lain.
• Tidak menyibukkan diri dengan sebuah point penting atau lintasan pikiran saat mencari sebuah masalah.
• Tidak memaksakan diri memilih kata-kata yang mempunyai kedalaman makna, dan berbicaralah dengan kata-kata yang jelas sebatas kemampuan, atau tidak menggunkan kata-kata yang maknanya masih samar dan istilah-istilah yang asing.
• Tidak mengucapkan suatu jawaban tanpa ilmu atau tidak merasa sungkan dengan sebuah pertanyaan yang tidak bisa dijawab.
• Tidak terpengaruh dan merasa hina karena celaan seseorang kepadamu jika agamamu lurus dan ingatlah perkataan seorang penyair:
وَإِنْ بَلَِيْتَ بِشَخْصٍ لاَ خَلاَقَ لَهُ فَكُنْ كَأَنَّكَ لاَ تَسْمَعُ وَلَمْ يَقُلْ
Jika engkau diuji dengan seorang yang tidak berilmu
Jadilah seakan kau tak mendengar dan dia tidak berucap
• Waspada agar tidak putus asa.
• Menjaga agar selalu shalat malam.
• Meninggalkan istirahat, omongan dan tidur yang berlebihan demi mendapat ilmu.
• Seorang muslim dan penuntut ilmu khususnya harus bekerja untuk:
1. Memenuhi hajat manusia, Rasulullah  bersabda: “Berikanlah syafa’at niscaya engkau akan diberikan pahala”.
2. Menepati janji, sesungguhnya Allah telah memuji para Nabi dan RasulNya dengan sifat ini, sebagimana disebutkan tentang Isma’il Alahissalam:
إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ اْلوَعْد “Dia adalah seorang yang menepati janji”.
3. Bersikap santun dan lembut. Firman Allah Ta’ala:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجهِلِيْنَ
“Berikanlah maaf dan ajaklah kepada yang ma’ruf dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”. , telah disebutkan oleh Al-Sam’ani dalam kitab Al-Ansab dan Imam Adzahabi dalam kitab Tajridus Shahabah tentang biografi Auf bin Nu’man ia berkata: Seseorang pada zaman jahilyah lebih senang mati kehausan dan tidak suka mengingkari janji, dikatakan dalam sebuah sya’ir:
إِذَا قُلـْتَ فيِ شَيْئٍ نَعـَمْ فَأَتـِمَّهُ فَإِنَّ نَعَمْ دَيْنٌ عَلىَ الْحُرِّ وَاجِبَةٌ
وَإِلاَّ فَقُـلْ لاَ وَاسْـتَرِحَْ وَأَرِحْ بِهَا لِئَـلاَّ يَقُـوْلَ النَّاسُ إِنَّكَ كَاذِبٌ
Jika mengatakan “Ya” pada sesuatu, sempurnakanlah!
Sebab “Ya” hutang yang wajib ditunaikan seseorang.
Jika tidak, bilang “Tidak”, tenanglah dan orangpun tenang
Seingga Orang lain tidak mengatakan kamu bohong.
4. Merendah diri…Rasulullah  bersabda:
إِنَّ اللهَ أَوْحَي إِلَيَّ أَنْ تَـوَاضَـعُوْا حَتَّى لاَ يَفْخَـرَ أَحَـدٌ عَلىَ أَحَـدٍ وَلاَ يَبْغِي أَحَـدٌ عَلىَ أَحـدٍ
Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling bersikap tawadhu’ agar sesorang tidak merasa sombong atas orang lain dan tidak pula seseorang berbuat zalim atas orang lain”.
5. Bersikap ramah terhadap orang lain dan berlapang dada serta duduk untuk mendengarkan problema mereka.
6. Mengingatkan dan menasehati orang lain, telah berkata Ikrimah dari Ibnu Abbas radhillahu anhuma: Berbicaralah kepada manusia pada setiap jum’at satu kali atau dua kali, jika ingin menambah maka tiga kali dan janganlah engkau menjadikan orang bosan dengan Al-Qur’an ini, dan jangan pula engkau mendatangi suatu kaum saat mereka sedang berbicara sehingga bisa memotong pembicaraan mereka dan membuat mereka menjadi bosan, akan tetapi dengarlah jika mereka menyuruh kamu berbicara maka bicaralah niscaya mereka akan mendengarkan kamu sebab mereka ingin mendengar perkataanmu, serta jauhilah bersaja’ dalam berdo’a sesungguhnya aku mengetahui bahwa Rasulullah dan para shahabatnya tidak melakukannya.
6. Ali bin Abi Thalib berkata: Berbicaralah kepada orang lain dengan sesuatu yang mereka ketahui”. Hal ini menunjukkan bahwa perkara-perakara yang pengertiannya masih samar tidak baik untuk diungkapkan pada masyarakt umum dan seharusnya bagi seseorang untuk mengungkapkan hal-hal yang mereka ketahui. Seperti yang katakan oleh Ibnu Mas’ud radhiallahu Anhu: Tidaklah engkau berbicara kepada seseorang dengan sesuatu yang tidak dijangkau oleh akal mereka kecuali akan terjadi pada diri merka fitnah.”

HR. Muslim
HR. Bukhari no: 6337.
HR. Muslim

kalender motoGP




Kalender MotoGP 2009:
12 April: Losail, Qatar (balapan malam)
26 April: Motegi, Jepang
3 Mei: Jerez, Spanyol
17 Mei: Le Mans, Perancis
31 Mei: Mugello, Italia
14 Juni: Barcelona, Catalunya
27 Juni: Assen, Belanda
5 Juli: Laguan Seca, Amerika Serikat (hanya MotoGP)
19 Juli: Sachsenring, Jerman
26 Juli: Donington Park, Inggris Raya
16 Agustus: Brno, Republik Ceko
30 Agustus: Indianapolis, Amerika Serikat
6 September: Misano, San Marino
20 September: Lake Balaton, Hongaria
4 Oktober: Estoril, Portugal
18 Oktober: Phillip Island, Australia
25 Oktober: Sepang, Malaysia
8 November: Valencia, Spanyol

Selasa, 03 Maret 2009

melihat calon ketika lamaran

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Jabir bin Abdullah r.a. beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Ketika salah satu dari kalian melakukan khitbah terhadap seorang perempuan, kemudian memungkinkan baginya untuk melihat apa yang menjadi alasan baginya untuk menikahinya, maka lakukanlah". Hadist ini sahih dan mempunyai riwayat lain yang menguatkannya.
Ulama empat madzhab dan mayoritas ulama menyatakan bahwa Seorang lelaki yang berkhitbah kepada seorang perempuan disunnahkan untuk melihatnya atau menemuinya sebelum melakukan khitbah secara resmi. Rasulullah telah mengizinkan itu dan menyarankannya dan tidak disyaratkan untuk meminta izin kepada perempuan yang bersangkutan. Landasan untuk itu adalah hadist sahih riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a. berkata: Aku pernah bersama Rasulullah r.a. lalu datanglah seorang lelaki, menceritakan bahwa ia menikahi seorang perempuan dari kaum anshar, lalu Rasulullah menanyakan "Sudahkan anda melihatnya?" lelaki itu menjawab "Belum". "Pergilah dan lihatlah dia" kata Rasulullah "Karena pada mata kaum anshar (terkadang ) ada sesuatunya".
Para Ulama sepakat bahwa melihat perempuan dengan tujuan khitbah tidak harus mendapatkan izin perempuan tersebut, bahkan diperbolehkan tanpa sepengetahuan perempuan yang bersangkutan. Bahkan diperboleh berulang-ulang untuk meyakinkan diri sebelum melangkah berkhitbah. Ini karena Rasulullah s.a.w. dalam hadist di atas memberikan izin secara mutlak dan tidak memberikan batasan. selain itu, perempuan juga kebanyakan malu kalau diberitahu bahwa dirinya akan dikhitbah oleh seseorang.
Begitu juga kalau diberitahu terkadang bisa menyebabkan kekecewaan di pihak perempuan, misalnya pihak lelaki telah melihat perempuan yang bersangkutan dan memebritahunya akan niat menikahinya, namun karena satu dan lain hal pihak lelaki membatalkan, padahal pihak perempuan sudah mengharapkan.Maka para ulama mengatakan, sebaiknya melihat calon isteri dilakukan sebelum khitbah resmi, sehingga kalau ada pembatalan tidak ada yang merasa dirugikan. Lain halnya membatalkan setelah khitbah kadang menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan.Persyaratan diperbolehkan melihat adalah dengan tanpa khalwat (berduaan saja) dan tanpa bersentuhan karena itu tidak diperlukan. Bagi perempuan juga diperbolehkan melihat lelaki yang mengkhitbahinya sebelum memutuskan menerima atau menolak.
Para ulama berbeda pendapat mengenai batasan diperbolehkan lelaki melihat perempuan yang ditaksir sebelum khitbah. Sebagian besar ulama mengatakan boleh melihat wajah dan telapak tangan. Sebagian ulama mengatakan boleh melihat kepala, yaitu rambut, leher dan betis. Dalil pendapat ini adalah hadist di atas, bahwa Rasulullah telah mengizinkan melihat perempuan sebelum khitbah, artinya ada keringanan di sana. Kalau hanya wajah dan telapak tangan tentu tidak perlu mendapatkan keringanan dari Rasulullah karena aslinya diperbolehkan. Yang wajar dari melihat perempuan adalah batas aurat keluarga, yaitu kepala, leher dan betis. Dari Umar bin Khattab ketika berkhitbah kepada Umi Kultsum binti Ali bin Abi Thalib melakukan demikian.
Dawud Al-Dhahiri, seorang ulama tekstualis punya pendapat nyentrik, bahwa boleh melihat semua anggota badan perempuan kecuali alat kelaminnya, bahkan tanpa baju sekalipun. Pendapat ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Aqil dari Imam Ahmad. Alasannya hadist yang memperbolehkan melihat calon isteri tidak membatasi sampai dimana diperbolehkan melihat. Tentu saja pendapat ini mendapat tentangan para ulama. Imam AUza'I mengatakan boleh melihat anggota badan tempat-tempat daging.
Bagi perempuan yang akan menerima khitbah disunnahkan untuk menghias dirinya agar kelihatan cantik. Imam Ahmad berkata:"Ketika seorang lelaki berkhitbah kepada seorang perempuan, maka hendaklah ia bertanya tentang kecantikannya dulu, kalau dipuji baru tanyakan tentang agamanya, sehingga kalau ia membatalkan karena alasan agama. Kalau ia menanyakan agamanya dulu, lalu kecantikannya maka ketika ia membatalkan adalah karena kecantikannya dan bukan agamanya. (Ini kurang bijak).

ref: berbagai sumber

hari asyura

Bulan Muharram adalah bulan yang istimewa, menyimpan banyak makna yang patut ditafakkuri dan ditadabburi. Muharram tidak saja menandai awal tahun menurut penanggalan Islam, namun di dalamnya juga tersimpan hari mulia "Asyura" yang mencatat sejarah penting dan senantiasa dikenang dan diperingati oleh umat beragama samawi.

Bulan Muharram adalah bulan yang istimewa, menyimpan banyak makna yang patut ditafakkuri dan ditadabburi. Muharram tidak saja menandai awal tahun menurut penanggalan Islam, namun di dalamnya juga tersimpan hari mulia "Asyura" yang mencatat sejarah penting dan senantiasa dikenang dan diperingati oleh umat beragama samawi. Hari Asyura dikenang sebagai hari dimana Allah menyelamatkan Nabi Nuh a.s. dari bencana banjir dan menenggelamkan musuh-musuh-Nya.

Asyura juga dikenang sebagai hari Allah menyelamatkan Musa a.s. dari kejaran Fir'aun dan tentaranya. Itulah sebabnya umat Yahudi dan umat Nasrani mengagungkan hari ini. Nabi Nuh dan Musa diriwayatkan melakukan puasa pada hari ini sebagai ekpresi syukur kepada Allah atas kemenangan yang diberikan kepadanya.

Umat Yahudi melakukan puasa pada hari Asyura dan menjadikannya sebagai hari raya. Konon kaum Quraish di masa jahiliyah juga melakukan puasa pada hari Asyura dan mereka menjadikannya hari keramat dimana pada hari itu mereka menjalankan tradisi mengganti kiswah Ka'bah.

Ketika Rasulullah berhijrah, beliau mendapati penduduk kota Madinah melakukan puasa pada hari Asyura. Seorang Yahudi mengatakan kepada Rasulullah bahwa Asyura adalah hari agung dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari ancaman musuhnya, sehingga Musa berpuasa pada hari itu, Rasulullah pun menjawab "Aku lebih berhak atas Musa dari kalian"(Sahihain), lalu beliau berpuasa dan memerintahkan umatnya berpuasa.

Pada masa awal Islam, puasa Asyura adalah wajib bagi setiap muslim hingga turun ayat yang mewajibkan puasa bulan Ramadhan. Di mata Rasulullah s.a.w. hari Asyura begitu istimewa, beliau senantiasa melaksanakan puasa pada hari ini dan memerintahkan umatnya berpuasa demi rasa solidaritasnya kepada saudara seperjuangannya Nuh dan Musa a.s., bahkan pada tahun terakhir kehidupan Rasulullah beliau bersabda "Insya Allah tahun depan saya juga akan berpuasa" (Ashab Sunan) namun ajal telah menjemput beliau sebelum sempat menyempurnakan tahun itu.

Asyura bagi umat Islam juga menampilkan kilas balik tragedi Karbala yang telah merenggut kedua cucu tercinta Rasulullah s.a.w, Hasan r.a. dan Husain r.a.. Lebih dari itu Karbala adalah tragedi yang menyadarkan kita betapa anarkisme, kekerasan dan tindakan tidak berperikemanusiaan telah menjadi noktah hitam sejarah umat Islam yang tidak akan pernah layak untuk terulang kembali.

Masyarakat kita juga banyak menjalankan beberapa tradisi beragam berkaitan dengan hari Asyura. Ini menandakan betapa mengakarnya hari Asyura dalam tradisi dan budaya sebagian masyarakat kita. Di atas makna dan peristiwa yang terjadi bersamaan dengan hari Asyura ini, kita disunnahkan untuk mendirikan ritual puasa.

Ada yang mengatakan puasa dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Muharram karena keduanya pernah dilakukan Rasulullah dan sahabatnya. Namun ada yang mengatakan bahwa Asyura hanya tanggal 10 Muharram. Puasa yang kita lakukan, tentunya mempunyai kandungan makna yang cukup mendalam dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, karena menanamkan kepada kita nilai-nilai pengorbanan, perjuangan, solidaritas antar umat beragama, tenggang rasa dan yang terpenting semangat anti kekerasan dan anti anarkisme dalam setiap langkah upaya dan perjuangan kita.

Semoga puasa Asyura kita diterima Allah dan mampu mencerminkan makna yang terkandung di dalamnya. Wassalam

Selasa, 10 Februari 2009

arti valentine

Memasuki bulan februari di Negara islam terbesar (Indonesia) yang berpenduduk ± 220 juta jiwa, mayoritasnya menganut agama islam ada suatu pemandangan yang menimbulkan tanda tanya besar bagi setiap muslim.

Toko-toko swalayan menyediakan; bunga- bunga berwarna merah, kartu-kartu ucapan selamat yang umumnya berlogo cheo pad (dewa cinta dalam keyakinan romawi kuno), hotel-hotel dan restoran mewah menyediakan paket valentine, siaran radio dan televisi disusun sedemikian rupa untuk memeriahkan hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 februari.

Apakah ini tradisi islam? Kalau tidak, kenapa orang yang mengaku dirinya beragama islam ikut merayakannya? Lalu apa solusinya sehingga umat mayoritas tidak mengekor kepada umat minoritas? Uraian berikut mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

- Sejarah hari valentine:

Beberapa referensi menjelaskan bahwa hari valentine adalah hari kasih sayang bangsa romawi yang menganut Animisme yang dirayakan semenjak 17 abad yang silam, sebagai ungkapan kasih sayang dewa.

Peringatan ini berasal dari sebuah legenda bahwa Romelius pendiri kota Roma disusui oleh seekor serigala sehingga ia tumbuh menjadi orang yang berbadan kuat dan berakal cerdas.

Maka bangsa Romawi mengabadikan peristiwa tersebut pada pertengahan bulan Februari dengan prosesi perayaan sebagai berikut:

"Seekor anjing dan domba disembelih, lalu dipilih dua orang perjaka yang berbadan tegap untuk dilumuri tubuhnya dengan darah anjing dan domba. Setelah dilumuri darah anjing dan domba mereka dimandikan dengan air susu. Lalu diarak keseluruh penjuru kota sambil memegang cambuk yang terbuat dari kulit. Di sepanjang jalan para wanita romawi menyambut hangat lesatan cambuk ke tubuhnya, karena diyakini berkhasiat menyembuhkan penyakit dan mudah mendapat keturunan".

- Hubungan Valentine dengan perayaan di atas:

Valentine adalah nama seorang penganut Kristen yang dibunuh oleh Claudius pada tahun 296 M. melalui sebuah penyiksaan karena dia pindah agama dari seorang penganut Animis Romawi menjadi seorang Kristiani.

Setelah bangsa Romawi memeluk agama Kristen mereka tidak membuang tradisi Animis tersebut tetapi menggantinya dengan memperingati hari kematian Valentine sebagai tokoh penyebar cinta dan damai dan prosesi peringatannya dimodifikasi menjadi:

"Mereka membuat sebuah perkumpulan massa, lalu menulis nama-nama wanita yang telah memasuki umur nikah pada lembar kertas, lalu digulung. Kemudian dipanggil seorang pemuda untuk mengambil satu kertas dan membukanya. Nama wanita yang tertulis dikertas tersebut akan menjadi pasangannya selama setahun, andai setelah satu tahun hidup bersama tanpa nikah mereka merasa serasi mereka melanjutkannya dengan pernikahan. Andai tidak ada keserasian maka pada hari valentine tahun mendatang mereka berpisah".

Perayaan ini ditentang oleh para tokoh agama saat itu dan mereka mengeluarkan larangan memperingatinya karena dianggap merusak akhlak para pemuda dan pemudi.

Tidak ada informasi yang jelas tentang siapa yang menghidupkan kembali tradisi ini. Beberapa cerita mengungkapkan bahwa di Inggris orang-orang memperingatinya sejak abad XV M.

- Sikap seorang muslim terhadap hari valentine:

1. Dari asal-usulnya kita ketahui bahwa perayaan hari valentine adalah suatu upacara suci orang-orang Romawi yang Animis sebagai ungkapan cinta kepada dewa mereka.

Tradisi ini adalah tradisi syirik tak ubahnya bagaikan ritual orang-orang Arab penyembah berhala mengungkapkan cinta berhala yang berada di sekeliling Ka'bah dengan cara mengelilinginya dalam keadaan telanjang tanpa memakai sehelai benangpun sambil bertepuk tangan dan bersiul, sebagaimana yang Allah jelaskan:

} وَمَا كَانَ صَلاَتُهُمْ عِنْدَ البَيْتِ إِلاَّ مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوْقُوْا العَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ (

"Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".(Q.S. Al Anfaal: 35).

Lalu tradisi ini dihapus Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam setelah menaklukkan kota Mekkah dan membersihkannya dari kesyirikan, dan Allah mengancam orang-orang yang melakukannya dengan siksaan yang pedih.

2. Kemudian umat kristen Romawi mengadopsi tradisi ini dengan merayakan kematian Valentine sebagai lambang penebar cinta dan damai, akan tetapi itu cuma slogan karena prosesi perayaannya tak lebih dari kesempatan mencari pasangan haram untuk setahun kedepan bagaikan kucing yang mencari pasangannya untuk musim kawin di bulan Februari. Dan ini bertentangan dengan ajaran Kristen sehingga para pendeta melarangnya. Wahai umat islam sadarlah! perayaan valentine adalah bid'ah dalam agama Kristen dan dilarang untuk dirayakan pada awal masanya oleh para pendeta. Kenapa anda mau menghidupkannya kembali? Sungguh para pendeta tersebut lebih berakal daripada orang yang mengaku islam akan tetapi ikut merayakannya.

3. Sebagain besar umat islam yang ikut merayakan valentine dengan saling berkirim kartu ucapan valentine atau menghadiahkan bunga mawar atau saling berkirim surat cinta atau ikut mengadakan atau hanya sekedar menghadiri acaranya. Umumnya mereka mengajukan alasan sebagai berikut:

- Para pemuda-pemudi beralasan bahwa mereka hanya memanfaatkan kesempatan valentine untuk mencari pasangan hidup yang setia.

- Para pria dan wanita yang sudah berumah tangga beralasan bahwa hari valentine adalah kesempatan untuk melanggengkan rumah tangga dengan saling mengungkapkan rasa cinta.

- Orang-orang yang memiliki teman sejawat, sekantor, seprofesi yang beragama Kristen beralasan bahwa hari valentine adalah kesempatan untuk mempererat hubungan.

Alasan yang mereka ajukan laksana menegakkan benang basah, sadar ataupun tidak mereka termasuk dalam ancaman sabda Nabi:

(( مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ ))

Barang siapa yang meniru tradisi suatu kaum maka dia dia adalah bagian dari kaum tersebut. H.R. Ahmad.

Maka orang islam yang ikut memeriahkan hari valentine sesungguhnya dia adalah bagian dari umat Nasrani atau bagian dari kaum Animis romawi kuno –na'uzubillah-.

Untuk para pemuda dan pemudi islam yang kehilangan jati diri! perayaan valentine bukanlah hari baik untuk mencari jodoh, karena ia merupakan perayaan syirik, walaupun anda mendapatkan pasangan setia saat itu di dunia sungguh dia bukan pasangan anda sejati, apalagi nanti di akhirat (mungkin juga di dunia) anda dan dia akan saling bermusuhan, karena pasangan yang sejati adalah pasangan yang bertakwa dan orang –orang bertakwa tidak akan mau menghadiri perayaan syirik semacam itu.

Allah taala berfirman:

} الأَخِلاَّءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ المُتَّقِيْنَ (

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa". (Q.S. Az Zukhruf :67)

Untuk Pasutri muslim yang lentera cintanya mulai redup! Memanfaatkan kesempatan syirik hanya akan memadamkan lentera cinta anda yang mulai redup dan akan menyulut api yang akan membakar rumahtangga anda.

Untuk muslim dan muslimat yang tidak kenal lawan dan kawan! Allah tidak melarang anda untuk berteman dengan orang diluar islam, akan tetapi Allah melarang anda menaruh rasa cinta terhadap mereka dan lebih parah lagi jika anda mengungkapkannya dalam bentuk berkirim kartu atau hadiah di kesempatan syirik itu. Allah taala berfirman:

} لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَآدُّوْنَ مَنْ حَآدَّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَلَوْ كَانُوْا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيْرَتَهُمْ (

"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (Q.S. Al Mujadilah : 22 ).

4. Realita banyaknya umat islam yang ikut merayakan hari kasih- sayang ini sangat mengherankan padahal dalam agama islam telah menjelaskan secara lengkap tentang cara memelihara dan menuai cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, cinta kepada sesama muslim dan muslimat. Mereka bagaikan 'Bani Israel' yang menukar makanan dari langit dengan ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah, sungguh barter yang sia-sia.

Cinta dalam islam merupakan salah satu pilar penting dalam beribadah, ibadah yang tidak didasari rasa cinta akan terasa hampa.

Sedangkan ungkapan cinta kepada Allah dapat dipupuk dengan hal-hal berikut:

a. Mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam :

} قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ (

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku. (Q.S. Ali Imran: 31 )

b. Melakukan amalan fardhu dan sunat, Nabi saw. bersabda:

(( وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ : فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ أَعْطَيْتُهُ ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِيْ لَأُعِيْذَنَّهُ ))

" Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Kucintai daripada perbuatan yang telah Kuwajibkan dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melaksanakan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya, maka apabila Aku telah mencintainya Aku menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengan pendengaran tersebut, Aku menjadi penglihatannya yang ia melihat dengan penglihatan tersebut, Aku menjadi tangannya yang ia bekerja dengan tangan tersebut, dan Aku menjadi kakinya yang ia berjalan dengan kaki tersebut. Andai ia minta kepada-Ku niscaya Aku beri, dan andai ia minta perlindungan-Ku, akan Kuberi”. HR. Bukhari.

c. Sering membaca Al quran, dalam sebuah hadist Nabi:

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam mengutus seorang lelaki memimpin sebuah ekspedisi, dia selalu membaca sebuah (surat) ketika shalat mengimami para pasukannya dan menutup bacaannya dengan [قُل هو اللَّه أحد ] , tatkala mereka kembali, mereka menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, Ia bersabda, "Tanyakan padanya, kenapa ia melakukan hal tersebut? lalu mereka bertanya kepadanya, Ia berkata: “Karena surat tersebut (Al Ikhlash) menjelaskan sifat Ar Rahman, maka saya sangat cinta untuk membacanya,” lalu Rasulullah bersabda: “Beritahu dia bahwa Allah ta`ala mencintainya.” Muttafaq ’alaih.

d. Mengucapkan assalamu'alaikum saat bertemu atau masuk rumah, sabda Nabi saw. :

“Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai, maukah aku tunjukkan kalian tentang suatu hal jika kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai, tebarkan salam di antara kalian”. HR. Muslim.

e. Saling mengunjungi, sabda Nabi:

“Seorang lelaki menziarahi saudaranya di kampung lain, lalu Allah mengutus seorang malaikat mengawasi perjalanannya, tatkala ia sampai di kampung tersebut, malaikat berkata : “Mau kemanakah engkau?”, ia berkata : “Aku ingin mendatangi saudaraku di kampung ini”, malaikat berkata : “Apakah engkau mengunjunginya karena ingin mendapatkan manfaat duniawi?”, ia berkata : “Tidak, hanya karena aku mencintainya karena Allah”, malaikat berkata : “Sungguh aku adalah utusan Allah kepadamu bahwasanya Allah telah mencintaimu seperti engkau mencintai si fulan karena-Nya”. HR. Muslim.

f. Ungkapkan rasa cinta anda kepadanya dengan ucapan: " Aku mencintaimu karena Allah" dan yang diberi ucapan harus menjawab," semoga Allah mencintaimu". Sabda Nabi:

“Ada seorang lelaki di sisi Nabi shallallahu `alaihi wasallam, lalu seorang lelaki lewat maka yang di sisi Nabi berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintai orang ini”, Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukannya?”, ia berkata : “Tidak”, ia bersabda : “Beritahu dia”, lalu ia menyusul orang tersebut dan berkata : “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah”, lalu ia menjawab : “Semoga Zat yang engkau mencintaiku karena-Nya mencintaimu. HR Abu Daud

Bilamana tips di atas anda ikuti dan laksanakan dengan seksama niscaya anda akan terlepas dari belenggu cinta terhadap yang fana (binasa) berganti dengan cinta kepada Dzat yang Baqa' (kekal) yang menentramkan jiwa dan raga.

Semoga Allah menjadikan kita orang- orang yang saling bercinta karena-Nya yang nanti dijanjikan Allah mendapat naungan 'Arsy di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Nya.

Akhirnya marilah kita menadahkan tangan berdoa kepada Allah dengan doa sya'ir cinta yang pernah dilantunkan oleh Nabi Daud dan Nabi Muhammad shallallahu `alaihim wasallam :

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِيْ يُبَلِّغُنِيْ إِلىَ حُبِّكَ اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِيْ وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ

(Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu untuk mencintai-Mu dan mencintai orang yang mencintai-Mu, dan amalan yang menyampaikan kepada cinta-Mu, ya Allah, jadikanlah mencintai-Mu lebih kucintai daripada diriku, keluargaku, dan air yang sejuk)”. HR. Tarmizi.

ingatlah kematian


Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati, hanya tidak ada di antara kita yang mengetahui kapan kematian itu akan datang

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

"Setiap jiwa pasti akan merasakan mati…"[i]

Karena kematian itu pasti akan tiba, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita semua agar selalu mengingatnya dan menyiapkan diri dengan bekal setelah kematian itu. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هادم اللَّذَّاتِ

"Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (maksudnya: kematian)."[ii]

Dalam hadits ini Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita semua agar selalu mengingat yang memutuskan atau mengalahkan atau menghancurkan kenikmatan, yaitu kematian yang suatu saat pasti akan tiba, bahkan seringkali datang tanpa terduga dan secara tiba-tiba. Ibnu Umar RA berkata: "Aku sedang duduk bersama Rasulullah, maka datanglah seorang laki-laki dari golongan Anshar, lalu ia memberi salam kepada Nabi seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, mukmin yang seperti apa yang paling utama? Beliau menjawab:

أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

'Yang paling baik akhlaknya.'

Ia bertanya lagi, 'Mukmin seperti apakah yang paling cerdas? Beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولئِكَ اْلأَكْيَاسُ

"Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk sesudah kematian itu, mereka itulah orang-orang yang cerdas."[iii]

Inilah standar kecerdasan yang sebenarnya, yaitu tidak pernah melupakan sesuatu yang pasti akan tiba dan menyiapkan diri dengan sebenarnya untuk hal itu. Tanpa adanya persiapan diri untuk kematian itu, tentu hanya sekedar mengingat tidak banyak berguna dan tidak bermanfaat. Oleh karena itu, cobalah kita bercermin untuk melihat diri kita sendiri, sebelum orang lain, apakah kita sudah memulai untuk melaksanakan perintah Rasulullah SAW ini? Kalau kita sudah memulainya, kalau sudah, lalu bagaimana dengan orang-orang terdekat kita?

Para ulama rahimahullah berkata: sabda Rasulullah SAW yang berbunyi "Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (maksudnya: kematian)." Merupakan kalimat ringkas yang menggabungkan peringatan dan nasehat, maka orang yang teringat kematian dengan sebenarnya pasti akan mengurangi nikmatnya keindahan dunia yang dia rasakan dan menghalanginya berangan-angan yang tak berujung, serta membuat dia bersikap zuhud terhadap kenikmatan dunia yang semu. Akan tetapi jiwa yang kosong dan hati yang lupa membutuhkan nasehat yang panjang dan kalimat yang indah. Jika tidak demikian, maka dalam sabda Nabi "Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (maksudnya: kematian)" dan firman Allah SWT:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

"Setiap jiwa pasti akan merasakan mati…"

Sudah cukup sebagai nasehat yang utama.

Khalifah Umar bin Khaththab RA sering membuat perumpamaan dengan bait-bait sya'ir berikut ini:

Tidak ada sesuatu yang engkau lihat tetap keceriaannya

Tuhan tetap kekal sedangkan harta dan anak akan binasa

Perbendaharaan harta yang dimiliki Hurmuz[iv], tidak bisa memberi manfaat kepadanya walau hanya satu hari

Dan keabadian yang diusahakan oleh kaum 'Aad, maka mereka tetap tidak bisa kekal

Tidak pula Nabi Sulaiman AS saat angin bertiup untuknya

Sedang jin dan manusia datang di antaranya

Di manakah para raja yang karena kebesarannya

Setiap utusan datang kepadanya dari setiap penjuru?

Telaga yang ada di sana pasti akan didatangi, bukan dusta

Suatu hari pasti mendatanginya, sebagaimana diriwayatkan

Apabila sudah jelas keterangan di atas, ketahuilah bahwa mengingat mati mewariskan rasa gelisah terhadap dunia yang fana ini dan setiap saat memusatkan fikiran ke negeri akhirat yang kekal abadi. Kemudian, setiap manusia tidak terlepas dari dua sisi kehidupan: kesempitan hidup dan keluasan, nikmat dan cobaan. Maka jika ia berada dalam kesempitan dan cobaan, mengingat kematian memudahkan dia menghadapi semua itu. Sesungguhnya ia tidak kekal dan kematian lebih susah dari hal itu, atau di saat kenikmatan dan keluasan, maka mengingat mati menghalangi dia dari terperdaya dengannya dan cenderung kepadanya, karena ingat mati memutuskannya dari semua kenikmatan itu. Alangkah indahkan orang yang berkata:

Ingatlah kematian yang meruntuhkan kenikmatan

Dan persiapkan untuk kematian yang pasti akan tiba

Yang lain berkata:

Dan ingatlah kematian niscaya engkau mendapatkan ketenangan

Dalam mengingat kematian memutuskan angan-angan.

Semua umat sepakat (konsensus) bahwa kematian tidak mempunyai batasan umur yang diketahui dan tidak pula zaman yang diketahui, agar seseorang menyiapkan diri menghadapi hal itu. Sebagian orang shalih berseru di malam hari di pinggiran kota Madinah: Berangkat, berangkat. Maka tatkala ia wafat, amir (gubernur) kota Madinah bertanya tentang dia, maka dikabarkan bahwa ia telah meninggal dunia, maka amir itu berkata berkata:

Senantiasa ia melantunkan keberangkatan dan mengingatkannya

Sehingga unta berhenti di depan pintunya

`Maka ia terjaga, bersungguh-sungguh

Bersiap-siap, tidak terlalaikan oleh angan-angan.

Yazid ar-Raqqasy rahimahullah berkata kepada dirinya sendiri: 'Celakalah engkau wahai Yazid, siapakah yang menshalatkan engkau setelah meninggal dunia? Siapakah yang menggantikan puasa engkau setelah mati? Siapakah yang memohon keridhaan Rabb untukmu setelah engkau wafat? Kemudian ia berkata, 'Wahai manusia, apakah engkau tidak menangisi dan meratapi dirimu sendiri di hari-harimu yang masih tersisa? Siapa yang kematian mencarinya, kubur sebagai rumahnya, tanah sebagai kasurnya, ulat sebagai temannya, di samping itu ia sedang menunggu kejutan terbesar, bagaimanakah keadaannya?' Kemudian ia menangis sehingga jatuh pingsan.

At-Taimi rahimahullah berkata, 'Dua perkara yang memutuskan kenikmatan dunia dariku: Mengingat mati dan mengingat posisi saat berada di hadapan Allah SWT.' Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan mati, hari kiamat dan akhirat, lalu mereka menangis sehingga seolah-olah di hadapan mereka ada jenazah.

Abu Nu'aim rahimahullah berkata: Apabila Sufyan ats-Tsauri rahimahullah diingatkan mati, tidak bisa diambil manfaat dengannya selama beberapa hari (maksudnya: ia tidak bisa mengajar). Jika ia ditanya tentang suatu masalah, ia berkata: Aku tidak tahu, aku tidak tahu.' Asbath rahimahullah berkata: Seorang laki-laki dipuji-puji di hadapan Nabi , maka Rasulullah SAW bertanya: "Bagaimana ingatnya terhadap mati?' Maka hal itu tidak disebutkan darinya. Maka beliau bersabda: 'Dia tidak seperti yang kamu katakan."

Ad-Daqqaq rahimahullah berkata: Barangsiapa yang benyak mengingat mati, ia diberi kemuliaan dengan tiga perkara: Segera bertaubat, hati bersifat qana'ah, dan rajin dalam beribadah. Dan barangsiapa yang lupa terhadap mati, ia disiksa dengan tiga perkara: menunda-nunda taubat, tidak ridha dengan menahan diri dari meminta, dan malas dalam ibadah. Maka pikirkanlah -wahai yang terperdaya- tentang mati dan saat sakaratul maut, berat dan pahitnya. Wahai kematian, sebuah janji yang pasti benar dan hakim yang sangat adil. Cukuplah kematian yang melukai hati, membuat mata menangis, memisahkan kelompok, menghancurkan kenikmatan, dan memutuskan angan-angan. Apakah engkau sudah memikirkan wahai keturunan Adam di hari kematianmu, berpindahmu dari tempatmu. Dan apabila engkau telah dipindah dari tempat yang luas ke tempat yang sempit, sahabat dan rekanmu mengkhianatimu, saudara dan temanmu meninggalkanmu, dan mereka menutupimu dengan tanah setelah sebelumnya engkau diselimuti kain yang lembut. Wahai yang mengumpulkan harta dan bersungguh-sungguh dalam bangunan, tidak ada sesuatu pun untukmu selain kain kafan. Bahkan demi Allah hanya untuk kehancuran dan sirna, dan tubuhmu untuk tanah dan tempat kembali. Maka di manakah harta yang engkau kumpulkan? Apakah bisa menyelamatkan engkau dari huru hara? Sama sekali tidak, bahwa engkau meninggalkannya kepada orang yang tidak memujimu, engkau memberikan dengan dosa-dosamu kepada orang yang tidak memaafkanmu.

Alangkah indahnya orang yang berkata dalam firman Allah SAW:

وَابْتَغِ فِيمَآءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ الآخرة

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, (QS. al-Qashash:77)

Maksudnya Wallahu A'lam-: carilah di dalam dunia yang diberikan Allah SWT kepadamu untuk negeri akhirat, yaitu surga. Maka sesungguhnya hak seorang mukmin bahwa ia memalingkan dunia untuk yang berguna di akhirat, bukan pada tanah, air, tindakan sombong dan zalim. Seolah-olah mereka berkata: Jangan lupa bahwa engkau akan meninggalkan semua hartamu kecuali untuk kafan yang menjadi jatahmu. Dan seperti inilah ungkapan seorang penyair:

Jatahmu dari semua yang engkau kumpulkan

Dua selendang yang dilipat dan pengawet

Dan yang lain berkata:

Ia adalah sifat qana'ah yang engkau tidak perlu mencari gantinya

Mengandung kenikmatan dan ketenangan badan

Perhatikanlah kepada orang yang memiliki semua dunia

Apakah ia merasakan ketenangan darinya selain dengan kapas dan kafan?

Syaddad bin Aus RA berkata, 'Rasulullah SAW bersabda:

اَلكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نْفْسهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ

"Orang yang cerdas adalah yang menghitung dirinya dan beramal untuk masa setelah mati, dan orang yang lemah adalah yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah SWT."[v]

Abu Ubaid rahimahullah berkata, 'Maksudnya: menghinakannya dan memperbudaknya, maka ia menghinakan dirinya dalam beribadah kepada Allah SWT, sebagai amal ibadah yang dipersiapkannya setelah mati dan untuk bertemu Allah SWT. Dia juga menghisab dirinya terhadap amal perbuatannya di masa lalu, menggantikannya dengan amal shalihnya sebagai penebus kesalahannya yang telah berlalu. Dia berzikir kepada Allah SWT dan taat kepada-Nya di segala tingkah lakunya. Inilah bekal sebenarnya untuk hari kembali. Dan orang yang lemah adalah orang kekurangan dalam semua perkara. Di samping kekurangannya dalam ibadah kepada Rabb-nya dan mengikuti hawa nafsunya, dia masih berangan-angan kepada Allah SWT agar mengampuninya. Inilah orang yang terperdaya. Sesungguhnya Allah SWT menyuruh dan melarangnya.

Al-Hasan al-Bashari berkata: Sesungguhnya suatu kaum dilalaikan oleh angan-angan, sehingga ia keluar dari dunia tanpa mempunyai amal kebaikan. Salah seorang dari mereka berkata: Sesungguhnya aku berbaik sangka kepada Rabb-ku. Dia bohong, jika ia benar-benar berbaik sangka (husnuzh-zhann) tentu ia memperbaiki amal perbuatan, dan ia membaca firman Allah SWT:

وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنتُم بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُم مِّنَ الْخَاسِرِينَ

Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Rabbmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Fuhshilat:23)

Sa'id bin Jubair rahimahullah berkata: Terperdaya dengan Allah SWT bahwa seseorang terus menerus melakukan maksiat dan berangan-angan mendapat ampunan Allah SWT.

Baqiyyah bin al-Walid rahimahullah berkata: Abu 'Umair rahimahullah menulis kepada sebagian saudara-saudaranya: 'Amma ba'du, sesungguhnya engkau menjadi berharap banyak kepada dunia dengan panjangnya usiamu dan berangan-angan kepada Allah SWT dengan buruknya perbuatanmu. Sesungguhnya engkau hanyalah memukul besi yang dingin. Wassalam.'

Wallahu A'lam.

Dikutip dari kitab:

المرجع: التذكرة في أحوال الموتى وأمور الآخرة للإمام القرطبي ، دار الحديث - القاهرة تحقيق عصام الدين الصبابطي، ط 1 -1424هـ

at-Tadzkiran fi ahwalil mauta wa umuril akhirah (Peringatan tentang kondisi orang-orang yang mati dan keadaan akhirat), bab: Dzikrul maut wal isti'dad lahu (mengingat mati dan menyiapkan diri untuknya).



[i] Ali 'Imran 185.

[ii] HR. an-Nasa`i 4/4, at-Tirmidzi 2307, Ibnu Hibban 2992, dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (3434).

[iii] HR. Ibnu Majah (4259) dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani.

[iv] Penguasa Persia di masa itu, yaitu negera Iran di masa sekarang. Hurmuz ini mempunyai kekayaan yang tidak terhingga pada masa itu.

[v] HR। at-Tirmidzi (2459) dan ia menyatakan hadits hasan. Dan ia berkata: maksud sabda beliau: menghitung dirinya: yaitu menghitung/menghisab dirinya semasa di dunia sebelum dihisab di hari qiyamat. Sebagaimana juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah (4260) dan didha'ifkan oleh Syaikh al-Albani.

[1] Ali 'Imran 185.

[1] HR. an-Nasa`i 4/4, at-Tirmidzi 2307, Ibnu Hibban 2992, dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (3434).

[1] HR. Ibnu Majah (4259) dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani.

[1] Penguasa Persia di masa itu, yaitu negera Iran di masa sekarang. Hurmuz ini mempunyai kekayaan yang tidak terhingga pada masa itu.

[1] HR. at-Tirmidzi (2459) dan ia menyatakan hadits hasan. Dan ia berkata: maksud sabda beliau: menghitung dirinya: yaitu menghitung/menghisab dirinya semasa di dunia sebelum dihisab di hari qiyamat. Sebagaimana juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah (4260) dan didha'ifkan oleh Syaikh al-Albani.