Selasa, 10 Februari 2009

arti valentine

Memasuki bulan februari di Negara islam terbesar (Indonesia) yang berpenduduk ± 220 juta jiwa, mayoritasnya menganut agama islam ada suatu pemandangan yang menimbulkan tanda tanya besar bagi setiap muslim.

Toko-toko swalayan menyediakan; bunga- bunga berwarna merah, kartu-kartu ucapan selamat yang umumnya berlogo cheo pad (dewa cinta dalam keyakinan romawi kuno), hotel-hotel dan restoran mewah menyediakan paket valentine, siaran radio dan televisi disusun sedemikian rupa untuk memeriahkan hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 februari.

Apakah ini tradisi islam? Kalau tidak, kenapa orang yang mengaku dirinya beragama islam ikut merayakannya? Lalu apa solusinya sehingga umat mayoritas tidak mengekor kepada umat minoritas? Uraian berikut mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

- Sejarah hari valentine:

Beberapa referensi menjelaskan bahwa hari valentine adalah hari kasih sayang bangsa romawi yang menganut Animisme yang dirayakan semenjak 17 abad yang silam, sebagai ungkapan kasih sayang dewa.

Peringatan ini berasal dari sebuah legenda bahwa Romelius pendiri kota Roma disusui oleh seekor serigala sehingga ia tumbuh menjadi orang yang berbadan kuat dan berakal cerdas.

Maka bangsa Romawi mengabadikan peristiwa tersebut pada pertengahan bulan Februari dengan prosesi perayaan sebagai berikut:

"Seekor anjing dan domba disembelih, lalu dipilih dua orang perjaka yang berbadan tegap untuk dilumuri tubuhnya dengan darah anjing dan domba. Setelah dilumuri darah anjing dan domba mereka dimandikan dengan air susu. Lalu diarak keseluruh penjuru kota sambil memegang cambuk yang terbuat dari kulit. Di sepanjang jalan para wanita romawi menyambut hangat lesatan cambuk ke tubuhnya, karena diyakini berkhasiat menyembuhkan penyakit dan mudah mendapat keturunan".

- Hubungan Valentine dengan perayaan di atas:

Valentine adalah nama seorang penganut Kristen yang dibunuh oleh Claudius pada tahun 296 M. melalui sebuah penyiksaan karena dia pindah agama dari seorang penganut Animis Romawi menjadi seorang Kristiani.

Setelah bangsa Romawi memeluk agama Kristen mereka tidak membuang tradisi Animis tersebut tetapi menggantinya dengan memperingati hari kematian Valentine sebagai tokoh penyebar cinta dan damai dan prosesi peringatannya dimodifikasi menjadi:

"Mereka membuat sebuah perkumpulan massa, lalu menulis nama-nama wanita yang telah memasuki umur nikah pada lembar kertas, lalu digulung. Kemudian dipanggil seorang pemuda untuk mengambil satu kertas dan membukanya. Nama wanita yang tertulis dikertas tersebut akan menjadi pasangannya selama setahun, andai setelah satu tahun hidup bersama tanpa nikah mereka merasa serasi mereka melanjutkannya dengan pernikahan. Andai tidak ada keserasian maka pada hari valentine tahun mendatang mereka berpisah".

Perayaan ini ditentang oleh para tokoh agama saat itu dan mereka mengeluarkan larangan memperingatinya karena dianggap merusak akhlak para pemuda dan pemudi.

Tidak ada informasi yang jelas tentang siapa yang menghidupkan kembali tradisi ini. Beberapa cerita mengungkapkan bahwa di Inggris orang-orang memperingatinya sejak abad XV M.

- Sikap seorang muslim terhadap hari valentine:

1. Dari asal-usulnya kita ketahui bahwa perayaan hari valentine adalah suatu upacara suci orang-orang Romawi yang Animis sebagai ungkapan cinta kepada dewa mereka.

Tradisi ini adalah tradisi syirik tak ubahnya bagaikan ritual orang-orang Arab penyembah berhala mengungkapkan cinta berhala yang berada di sekeliling Ka'bah dengan cara mengelilinginya dalam keadaan telanjang tanpa memakai sehelai benangpun sambil bertepuk tangan dan bersiul, sebagaimana yang Allah jelaskan:

} وَمَا كَانَ صَلاَتُهُمْ عِنْدَ البَيْتِ إِلاَّ مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوْقُوْا العَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ (

"Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".(Q.S. Al Anfaal: 35).

Lalu tradisi ini dihapus Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam setelah menaklukkan kota Mekkah dan membersihkannya dari kesyirikan, dan Allah mengancam orang-orang yang melakukannya dengan siksaan yang pedih.

2. Kemudian umat kristen Romawi mengadopsi tradisi ini dengan merayakan kematian Valentine sebagai lambang penebar cinta dan damai, akan tetapi itu cuma slogan karena prosesi perayaannya tak lebih dari kesempatan mencari pasangan haram untuk setahun kedepan bagaikan kucing yang mencari pasangannya untuk musim kawin di bulan Februari. Dan ini bertentangan dengan ajaran Kristen sehingga para pendeta melarangnya. Wahai umat islam sadarlah! perayaan valentine adalah bid'ah dalam agama Kristen dan dilarang untuk dirayakan pada awal masanya oleh para pendeta. Kenapa anda mau menghidupkannya kembali? Sungguh para pendeta tersebut lebih berakal daripada orang yang mengaku islam akan tetapi ikut merayakannya.

3. Sebagain besar umat islam yang ikut merayakan valentine dengan saling berkirim kartu ucapan valentine atau menghadiahkan bunga mawar atau saling berkirim surat cinta atau ikut mengadakan atau hanya sekedar menghadiri acaranya. Umumnya mereka mengajukan alasan sebagai berikut:

- Para pemuda-pemudi beralasan bahwa mereka hanya memanfaatkan kesempatan valentine untuk mencari pasangan hidup yang setia.

- Para pria dan wanita yang sudah berumah tangga beralasan bahwa hari valentine adalah kesempatan untuk melanggengkan rumah tangga dengan saling mengungkapkan rasa cinta.

- Orang-orang yang memiliki teman sejawat, sekantor, seprofesi yang beragama Kristen beralasan bahwa hari valentine adalah kesempatan untuk mempererat hubungan.

Alasan yang mereka ajukan laksana menegakkan benang basah, sadar ataupun tidak mereka termasuk dalam ancaman sabda Nabi:

(( مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ ))

Barang siapa yang meniru tradisi suatu kaum maka dia dia adalah bagian dari kaum tersebut. H.R. Ahmad.

Maka orang islam yang ikut memeriahkan hari valentine sesungguhnya dia adalah bagian dari umat Nasrani atau bagian dari kaum Animis romawi kuno –na'uzubillah-.

Untuk para pemuda dan pemudi islam yang kehilangan jati diri! perayaan valentine bukanlah hari baik untuk mencari jodoh, karena ia merupakan perayaan syirik, walaupun anda mendapatkan pasangan setia saat itu di dunia sungguh dia bukan pasangan anda sejati, apalagi nanti di akhirat (mungkin juga di dunia) anda dan dia akan saling bermusuhan, karena pasangan yang sejati adalah pasangan yang bertakwa dan orang –orang bertakwa tidak akan mau menghadiri perayaan syirik semacam itu.

Allah taala berfirman:

} الأَخِلاَّءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ المُتَّقِيْنَ (

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa". (Q.S. Az Zukhruf :67)

Untuk Pasutri muslim yang lentera cintanya mulai redup! Memanfaatkan kesempatan syirik hanya akan memadamkan lentera cinta anda yang mulai redup dan akan menyulut api yang akan membakar rumahtangga anda.

Untuk muslim dan muslimat yang tidak kenal lawan dan kawan! Allah tidak melarang anda untuk berteman dengan orang diluar islam, akan tetapi Allah melarang anda menaruh rasa cinta terhadap mereka dan lebih parah lagi jika anda mengungkapkannya dalam bentuk berkirim kartu atau hadiah di kesempatan syirik itu. Allah taala berfirman:

} لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَآدُّوْنَ مَنْ حَآدَّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَلَوْ كَانُوْا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيْرَتَهُمْ (

"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (Q.S. Al Mujadilah : 22 ).

4. Realita banyaknya umat islam yang ikut merayakan hari kasih- sayang ini sangat mengherankan padahal dalam agama islam telah menjelaskan secara lengkap tentang cara memelihara dan menuai cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, cinta kepada sesama muslim dan muslimat. Mereka bagaikan 'Bani Israel' yang menukar makanan dari langit dengan ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah, sungguh barter yang sia-sia.

Cinta dalam islam merupakan salah satu pilar penting dalam beribadah, ibadah yang tidak didasari rasa cinta akan terasa hampa.

Sedangkan ungkapan cinta kepada Allah dapat dipupuk dengan hal-hal berikut:

a. Mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam :

} قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ (

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku. (Q.S. Ali Imran: 31 )

b. Melakukan amalan fardhu dan sunat, Nabi saw. bersabda:

(( وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ : فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ أَعْطَيْتُهُ ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِيْ لَأُعِيْذَنَّهُ ))

" Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Kucintai daripada perbuatan yang telah Kuwajibkan dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melaksanakan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya, maka apabila Aku telah mencintainya Aku menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengan pendengaran tersebut, Aku menjadi penglihatannya yang ia melihat dengan penglihatan tersebut, Aku menjadi tangannya yang ia bekerja dengan tangan tersebut, dan Aku menjadi kakinya yang ia berjalan dengan kaki tersebut. Andai ia minta kepada-Ku niscaya Aku beri, dan andai ia minta perlindungan-Ku, akan Kuberi”. HR. Bukhari.

c. Sering membaca Al quran, dalam sebuah hadist Nabi:

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam mengutus seorang lelaki memimpin sebuah ekspedisi, dia selalu membaca sebuah (surat) ketika shalat mengimami para pasukannya dan menutup bacaannya dengan [قُل هو اللَّه أحد ] , tatkala mereka kembali, mereka menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, Ia bersabda, "Tanyakan padanya, kenapa ia melakukan hal tersebut? lalu mereka bertanya kepadanya, Ia berkata: “Karena surat tersebut (Al Ikhlash) menjelaskan sifat Ar Rahman, maka saya sangat cinta untuk membacanya,” lalu Rasulullah bersabda: “Beritahu dia bahwa Allah ta`ala mencintainya.” Muttafaq ’alaih.

d. Mengucapkan assalamu'alaikum saat bertemu atau masuk rumah, sabda Nabi saw. :

“Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai, maukah aku tunjukkan kalian tentang suatu hal jika kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai, tebarkan salam di antara kalian”. HR. Muslim.

e. Saling mengunjungi, sabda Nabi:

“Seorang lelaki menziarahi saudaranya di kampung lain, lalu Allah mengutus seorang malaikat mengawasi perjalanannya, tatkala ia sampai di kampung tersebut, malaikat berkata : “Mau kemanakah engkau?”, ia berkata : “Aku ingin mendatangi saudaraku di kampung ini”, malaikat berkata : “Apakah engkau mengunjunginya karena ingin mendapatkan manfaat duniawi?”, ia berkata : “Tidak, hanya karena aku mencintainya karena Allah”, malaikat berkata : “Sungguh aku adalah utusan Allah kepadamu bahwasanya Allah telah mencintaimu seperti engkau mencintai si fulan karena-Nya”. HR. Muslim.

f. Ungkapkan rasa cinta anda kepadanya dengan ucapan: " Aku mencintaimu karena Allah" dan yang diberi ucapan harus menjawab," semoga Allah mencintaimu". Sabda Nabi:

“Ada seorang lelaki di sisi Nabi shallallahu `alaihi wasallam, lalu seorang lelaki lewat maka yang di sisi Nabi berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintai orang ini”, Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukannya?”, ia berkata : “Tidak”, ia bersabda : “Beritahu dia”, lalu ia menyusul orang tersebut dan berkata : “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah”, lalu ia menjawab : “Semoga Zat yang engkau mencintaiku karena-Nya mencintaimu. HR Abu Daud

Bilamana tips di atas anda ikuti dan laksanakan dengan seksama niscaya anda akan terlepas dari belenggu cinta terhadap yang fana (binasa) berganti dengan cinta kepada Dzat yang Baqa' (kekal) yang menentramkan jiwa dan raga.

Semoga Allah menjadikan kita orang- orang yang saling bercinta karena-Nya yang nanti dijanjikan Allah mendapat naungan 'Arsy di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Nya.

Akhirnya marilah kita menadahkan tangan berdoa kepada Allah dengan doa sya'ir cinta yang pernah dilantunkan oleh Nabi Daud dan Nabi Muhammad shallallahu `alaihim wasallam :

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِيْ يُبَلِّغُنِيْ إِلىَ حُبِّكَ اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِيْ وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ

(Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu untuk mencintai-Mu dan mencintai orang yang mencintai-Mu, dan amalan yang menyampaikan kepada cinta-Mu, ya Allah, jadikanlah mencintai-Mu lebih kucintai daripada diriku, keluargaku, dan air yang sejuk)”. HR. Tarmizi.

ingatlah kematian


Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati, hanya tidak ada di antara kita yang mengetahui kapan kematian itu akan datang

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

"Setiap jiwa pasti akan merasakan mati…"[i]

Karena kematian itu pasti akan tiba, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita semua agar selalu mengingatnya dan menyiapkan diri dengan bekal setelah kematian itu. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هادم اللَّذَّاتِ

"Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (maksudnya: kematian)."[ii]

Dalam hadits ini Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita semua agar selalu mengingat yang memutuskan atau mengalahkan atau menghancurkan kenikmatan, yaitu kematian yang suatu saat pasti akan tiba, bahkan seringkali datang tanpa terduga dan secara tiba-tiba. Ibnu Umar RA berkata: "Aku sedang duduk bersama Rasulullah, maka datanglah seorang laki-laki dari golongan Anshar, lalu ia memberi salam kepada Nabi seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, mukmin yang seperti apa yang paling utama? Beliau menjawab:

أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

'Yang paling baik akhlaknya.'

Ia bertanya lagi, 'Mukmin seperti apakah yang paling cerdas? Beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولئِكَ اْلأَكْيَاسُ

"Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk sesudah kematian itu, mereka itulah orang-orang yang cerdas."[iii]

Inilah standar kecerdasan yang sebenarnya, yaitu tidak pernah melupakan sesuatu yang pasti akan tiba dan menyiapkan diri dengan sebenarnya untuk hal itu. Tanpa adanya persiapan diri untuk kematian itu, tentu hanya sekedar mengingat tidak banyak berguna dan tidak bermanfaat. Oleh karena itu, cobalah kita bercermin untuk melihat diri kita sendiri, sebelum orang lain, apakah kita sudah memulai untuk melaksanakan perintah Rasulullah SAW ini? Kalau kita sudah memulainya, kalau sudah, lalu bagaimana dengan orang-orang terdekat kita?

Para ulama rahimahullah berkata: sabda Rasulullah SAW yang berbunyi "Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (maksudnya: kematian)." Merupakan kalimat ringkas yang menggabungkan peringatan dan nasehat, maka orang yang teringat kematian dengan sebenarnya pasti akan mengurangi nikmatnya keindahan dunia yang dia rasakan dan menghalanginya berangan-angan yang tak berujung, serta membuat dia bersikap zuhud terhadap kenikmatan dunia yang semu. Akan tetapi jiwa yang kosong dan hati yang lupa membutuhkan nasehat yang panjang dan kalimat yang indah. Jika tidak demikian, maka dalam sabda Nabi "Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (maksudnya: kematian)" dan firman Allah SWT:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

"Setiap jiwa pasti akan merasakan mati…"

Sudah cukup sebagai nasehat yang utama.

Khalifah Umar bin Khaththab RA sering membuat perumpamaan dengan bait-bait sya'ir berikut ini:

Tidak ada sesuatu yang engkau lihat tetap keceriaannya

Tuhan tetap kekal sedangkan harta dan anak akan binasa

Perbendaharaan harta yang dimiliki Hurmuz[iv], tidak bisa memberi manfaat kepadanya walau hanya satu hari

Dan keabadian yang diusahakan oleh kaum 'Aad, maka mereka tetap tidak bisa kekal

Tidak pula Nabi Sulaiman AS saat angin bertiup untuknya

Sedang jin dan manusia datang di antaranya

Di manakah para raja yang karena kebesarannya

Setiap utusan datang kepadanya dari setiap penjuru?

Telaga yang ada di sana pasti akan didatangi, bukan dusta

Suatu hari pasti mendatanginya, sebagaimana diriwayatkan

Apabila sudah jelas keterangan di atas, ketahuilah bahwa mengingat mati mewariskan rasa gelisah terhadap dunia yang fana ini dan setiap saat memusatkan fikiran ke negeri akhirat yang kekal abadi. Kemudian, setiap manusia tidak terlepas dari dua sisi kehidupan: kesempitan hidup dan keluasan, nikmat dan cobaan. Maka jika ia berada dalam kesempitan dan cobaan, mengingat kematian memudahkan dia menghadapi semua itu. Sesungguhnya ia tidak kekal dan kematian lebih susah dari hal itu, atau di saat kenikmatan dan keluasan, maka mengingat mati menghalangi dia dari terperdaya dengannya dan cenderung kepadanya, karena ingat mati memutuskannya dari semua kenikmatan itu. Alangkah indahkan orang yang berkata:

Ingatlah kematian yang meruntuhkan kenikmatan

Dan persiapkan untuk kematian yang pasti akan tiba

Yang lain berkata:

Dan ingatlah kematian niscaya engkau mendapatkan ketenangan

Dalam mengingat kematian memutuskan angan-angan.

Semua umat sepakat (konsensus) bahwa kematian tidak mempunyai batasan umur yang diketahui dan tidak pula zaman yang diketahui, agar seseorang menyiapkan diri menghadapi hal itu. Sebagian orang shalih berseru di malam hari di pinggiran kota Madinah: Berangkat, berangkat. Maka tatkala ia wafat, amir (gubernur) kota Madinah bertanya tentang dia, maka dikabarkan bahwa ia telah meninggal dunia, maka amir itu berkata berkata:

Senantiasa ia melantunkan keberangkatan dan mengingatkannya

Sehingga unta berhenti di depan pintunya

`Maka ia terjaga, bersungguh-sungguh

Bersiap-siap, tidak terlalaikan oleh angan-angan.

Yazid ar-Raqqasy rahimahullah berkata kepada dirinya sendiri: 'Celakalah engkau wahai Yazid, siapakah yang menshalatkan engkau setelah meninggal dunia? Siapakah yang menggantikan puasa engkau setelah mati? Siapakah yang memohon keridhaan Rabb untukmu setelah engkau wafat? Kemudian ia berkata, 'Wahai manusia, apakah engkau tidak menangisi dan meratapi dirimu sendiri di hari-harimu yang masih tersisa? Siapa yang kematian mencarinya, kubur sebagai rumahnya, tanah sebagai kasurnya, ulat sebagai temannya, di samping itu ia sedang menunggu kejutan terbesar, bagaimanakah keadaannya?' Kemudian ia menangis sehingga jatuh pingsan.

At-Taimi rahimahullah berkata, 'Dua perkara yang memutuskan kenikmatan dunia dariku: Mengingat mati dan mengingat posisi saat berada di hadapan Allah SWT.' Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan mati, hari kiamat dan akhirat, lalu mereka menangis sehingga seolah-olah di hadapan mereka ada jenazah.

Abu Nu'aim rahimahullah berkata: Apabila Sufyan ats-Tsauri rahimahullah diingatkan mati, tidak bisa diambil manfaat dengannya selama beberapa hari (maksudnya: ia tidak bisa mengajar). Jika ia ditanya tentang suatu masalah, ia berkata: Aku tidak tahu, aku tidak tahu.' Asbath rahimahullah berkata: Seorang laki-laki dipuji-puji di hadapan Nabi , maka Rasulullah SAW bertanya: "Bagaimana ingatnya terhadap mati?' Maka hal itu tidak disebutkan darinya. Maka beliau bersabda: 'Dia tidak seperti yang kamu katakan."

Ad-Daqqaq rahimahullah berkata: Barangsiapa yang benyak mengingat mati, ia diberi kemuliaan dengan tiga perkara: Segera bertaubat, hati bersifat qana'ah, dan rajin dalam beribadah. Dan barangsiapa yang lupa terhadap mati, ia disiksa dengan tiga perkara: menunda-nunda taubat, tidak ridha dengan menahan diri dari meminta, dan malas dalam ibadah. Maka pikirkanlah -wahai yang terperdaya- tentang mati dan saat sakaratul maut, berat dan pahitnya. Wahai kematian, sebuah janji yang pasti benar dan hakim yang sangat adil. Cukuplah kematian yang melukai hati, membuat mata menangis, memisahkan kelompok, menghancurkan kenikmatan, dan memutuskan angan-angan. Apakah engkau sudah memikirkan wahai keturunan Adam di hari kematianmu, berpindahmu dari tempatmu. Dan apabila engkau telah dipindah dari tempat yang luas ke tempat yang sempit, sahabat dan rekanmu mengkhianatimu, saudara dan temanmu meninggalkanmu, dan mereka menutupimu dengan tanah setelah sebelumnya engkau diselimuti kain yang lembut. Wahai yang mengumpulkan harta dan bersungguh-sungguh dalam bangunan, tidak ada sesuatu pun untukmu selain kain kafan. Bahkan demi Allah hanya untuk kehancuran dan sirna, dan tubuhmu untuk tanah dan tempat kembali. Maka di manakah harta yang engkau kumpulkan? Apakah bisa menyelamatkan engkau dari huru hara? Sama sekali tidak, bahwa engkau meninggalkannya kepada orang yang tidak memujimu, engkau memberikan dengan dosa-dosamu kepada orang yang tidak memaafkanmu.

Alangkah indahnya orang yang berkata dalam firman Allah SAW:

وَابْتَغِ فِيمَآءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ الآخرة

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, (QS. al-Qashash:77)

Maksudnya Wallahu A'lam-: carilah di dalam dunia yang diberikan Allah SWT kepadamu untuk negeri akhirat, yaitu surga. Maka sesungguhnya hak seorang mukmin bahwa ia memalingkan dunia untuk yang berguna di akhirat, bukan pada tanah, air, tindakan sombong dan zalim. Seolah-olah mereka berkata: Jangan lupa bahwa engkau akan meninggalkan semua hartamu kecuali untuk kafan yang menjadi jatahmu. Dan seperti inilah ungkapan seorang penyair:

Jatahmu dari semua yang engkau kumpulkan

Dua selendang yang dilipat dan pengawet

Dan yang lain berkata:

Ia adalah sifat qana'ah yang engkau tidak perlu mencari gantinya

Mengandung kenikmatan dan ketenangan badan

Perhatikanlah kepada orang yang memiliki semua dunia

Apakah ia merasakan ketenangan darinya selain dengan kapas dan kafan?

Syaddad bin Aus RA berkata, 'Rasulullah SAW bersabda:

اَلكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نْفْسهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ

"Orang yang cerdas adalah yang menghitung dirinya dan beramal untuk masa setelah mati, dan orang yang lemah adalah yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah SWT."[v]

Abu Ubaid rahimahullah berkata, 'Maksudnya: menghinakannya dan memperbudaknya, maka ia menghinakan dirinya dalam beribadah kepada Allah SWT, sebagai amal ibadah yang dipersiapkannya setelah mati dan untuk bertemu Allah SWT. Dia juga menghisab dirinya terhadap amal perbuatannya di masa lalu, menggantikannya dengan amal shalihnya sebagai penebus kesalahannya yang telah berlalu. Dia berzikir kepada Allah SWT dan taat kepada-Nya di segala tingkah lakunya. Inilah bekal sebenarnya untuk hari kembali. Dan orang yang lemah adalah orang kekurangan dalam semua perkara. Di samping kekurangannya dalam ibadah kepada Rabb-nya dan mengikuti hawa nafsunya, dia masih berangan-angan kepada Allah SWT agar mengampuninya. Inilah orang yang terperdaya. Sesungguhnya Allah SWT menyuruh dan melarangnya.

Al-Hasan al-Bashari berkata: Sesungguhnya suatu kaum dilalaikan oleh angan-angan, sehingga ia keluar dari dunia tanpa mempunyai amal kebaikan. Salah seorang dari mereka berkata: Sesungguhnya aku berbaik sangka kepada Rabb-ku. Dia bohong, jika ia benar-benar berbaik sangka (husnuzh-zhann) tentu ia memperbaiki amal perbuatan, dan ia membaca firman Allah SWT:

وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنتُم بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُم مِّنَ الْخَاسِرِينَ

Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Rabbmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Fuhshilat:23)

Sa'id bin Jubair rahimahullah berkata: Terperdaya dengan Allah SWT bahwa seseorang terus menerus melakukan maksiat dan berangan-angan mendapat ampunan Allah SWT.

Baqiyyah bin al-Walid rahimahullah berkata: Abu 'Umair rahimahullah menulis kepada sebagian saudara-saudaranya: 'Amma ba'du, sesungguhnya engkau menjadi berharap banyak kepada dunia dengan panjangnya usiamu dan berangan-angan kepada Allah SWT dengan buruknya perbuatanmu. Sesungguhnya engkau hanyalah memukul besi yang dingin. Wassalam.'

Wallahu A'lam.

Dikutip dari kitab:

المرجع: التذكرة في أحوال الموتى وأمور الآخرة للإمام القرطبي ، دار الحديث - القاهرة تحقيق عصام الدين الصبابطي، ط 1 -1424هـ

at-Tadzkiran fi ahwalil mauta wa umuril akhirah (Peringatan tentang kondisi orang-orang yang mati dan keadaan akhirat), bab: Dzikrul maut wal isti'dad lahu (mengingat mati dan menyiapkan diri untuknya).



[i] Ali 'Imran 185.

[ii] HR. an-Nasa`i 4/4, at-Tirmidzi 2307, Ibnu Hibban 2992, dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (3434).

[iii] HR. Ibnu Majah (4259) dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani.

[iv] Penguasa Persia di masa itu, yaitu negera Iran di masa sekarang. Hurmuz ini mempunyai kekayaan yang tidak terhingga pada masa itu.

[v] HR। at-Tirmidzi (2459) dan ia menyatakan hadits hasan. Dan ia berkata: maksud sabda beliau: menghitung dirinya: yaitu menghitung/menghisab dirinya semasa di dunia sebelum dihisab di hari qiyamat. Sebagaimana juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah (4260) dan didha'ifkan oleh Syaikh al-Albani.

[1] Ali 'Imran 185.

[1] HR. an-Nasa`i 4/4, at-Tirmidzi 2307, Ibnu Hibban 2992, dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (3434).

[1] HR. Ibnu Majah (4259) dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani.

[1] Penguasa Persia di masa itu, yaitu negera Iran di masa sekarang. Hurmuz ini mempunyai kekayaan yang tidak terhingga pada masa itu.

[1] HR. at-Tirmidzi (2459) dan ia menyatakan hadits hasan. Dan ia berkata: maksud sabda beliau: menghitung dirinya: yaitu menghitung/menghisab dirinya semasa di dunia sebelum dihisab di hari qiyamat. Sebagaimana juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah (4260) dan didha'ifkan oleh Syaikh al-Albani.

macam-macam syirik

Bahaya Syirik

1. Syirik kepada Allah I adalah perbuatan zhalim yang besar. Karena ia melewati batas terhadap hak Allah I yang khusus dengan-Nya, yaitu tauhid. Tauhid adalah keadilan paling adil dan syirik adalah kezaliman yang paling bengis dan kejahatan yang paling keji; karena ia merendahkan Rabb semesta alam, menyombongkan diri dari taat kepada-Nya dan memalingkan kemurnian hak-Nya kepada selain-Nya serta memutarkan selainnya dengannya. Karena begitu besar bahayanya, maka sesungguhnya siapa yang berjumpa dengan Allah I dalam keadaan syirik kepada kepada Allah I, sesungguhnya Allah I tidak mengampuninya, seperti dalam firman-Nya:

إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, (QS. An-Nisaa'48)

2. Syirik kepada Allah I merupakan dosa terbesar. Siapa menyembah selain Allah I berarti dia telah meletakkan ibadah di tempat yang salah, dan memalingkannya kepada yang tidak berhak. Hal itu kezaliman yang besar, seperti firman Allah I:

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman :13)

3. Syirik besar menggugurkan semua amal perbuatan dan memastikan kebinasaan dan kerugian, ia adalah dosa yang terbesar.

a. firman Allah I:

وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65)

b. Dari Abu Bakrah t, ia berkata, "Nabi r bersabda,'Maukah kalian aku bertahukan dosa yang terbesar? (beliau mengatakan sebanyak) Tiga kali. Mereka menjawab, 'Tentu, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Menyekutukan Allah I, durhaka kepada kedua orang tua.' Dan beliau duduk dan tadinya beliau bersandar: 'Ketahuilah, dan ucapan yang palsu.' Abu Bakrah t berkata, 'Beliau terus mengulanginya hingga kami berkata, 'Semoga beliau diam." Muttafaqun 'Alaih.[1]

Keburukan-Keburukan Syirik:

Allah I menyebutkan empat keburukan syirik dalam empat ayat, yaitu:

1. Firman Allah I:

إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa`:48)

2. Firman Allah I:

وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا

Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa` 116)

3. Firman Allah I:

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَالِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. Al-Maidah:72)

4. Firman Allah I:

وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَآءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

Barangsiapamempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. Al-Hajj:31)

Balasan Ahli Syirik

1. Firman Allah I:

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خَلِدِيْنَ فِيْهَآ أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al-Bayyinah :6)

2. Firman Allah I:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً . أُوْلاَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا

Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan:"Kami beriman kepada yang sebahagian dan kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), (QS. 4:150)

merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (QS. An-Nisaa`:151)

3. Dari Abdullah bin Mas'ud t, ia berkata, "Nabi r bersabda, 'Barangsiapa yang meninggal dunia, sedangkan dia berdoa kepada sekutu dari selain Allah I, niscaya dia masuk neraka." Muttafaqun 'alaih.[2]

Dasar Syirik

Dasar syirik dan pondasinya yang ia dibangun di atasnya adalah bergantung kepada selain Allah I. Barangsiapa yang bergantung kepada selain Allah I niscaya Dia I menyerahkannya kepada sesuatu yang dia bertawakkal kepadanya, menyiksanya dengannya, menghinakannya dari sisi yang dia bergantung dengannya. Jadilah ia tercela, tidak ada pujian baginya, terhina, tidak ada penolong baginya, seperti firman Allah I:

لاَّتَجْعَلْ مَعَ اللهِ إِلاَهًا ءَاخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولاً

Janganlah kamu adakan ilah-ilah yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). (QS. Al-Isra` :22)

Bagian-Bagian Syirik

Syirik terbagi dua: Syirik besar dan syirik kecil.

1. Syirik besar mengeluarkan seseorang dari agama, menggugurkan semua amal ibadah, pelakunya menjadi halal darahnya, dan dikekalkan di dalam neraka apabila dia meninggal dunia dan tidak sempat bertaubat. Yaitu memalingkan ibadah atau sebagiannya kepada selain Allah I, seperti berdoa kepada selain Allah I, menyembelih dan bernazar kepada selain Allah I berupa ahli kubur, jin, syetan, dan selain mereka. Dan contoh berdoa kepada selain Allah I yang tidak bisa melakukannya selain Allah I adalah seperti meminta kekayaan dan kesembuhan, meminta hajat dan turun hujan kepada selain Allah I. Dan seperti yang demikian itu yang diucapkan orang-orang bodoh di sisi kubur para wali dan orang-orang shalih, atau di sisi berhala berupa pohon, batu, dan yang semisalnya.

Di antara macam-macam syirik besar:

a. Syirik dalam takut: yaitu takut kepada selain Allah I berupa berhala atau patung, atau thagut, atau mayat, atau yang gaib (tidak terlihat mata, pent.) dari bangsa jin atau manusia bahwa ia bisa membahayakannya atau menimpakan kepadanya sesuatu yang dibenci. Takut ini termasuk tingkatan agama yang tertinggi dan teragung. Barangsiapa yang memalingkannya kepada selain Allah I maka sungguh dia telah menyekutukan Allah I dengan syirik besar. Firman Allah I:

فَلاَتَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُمْ مُّؤْمِنِينَ

karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali Imrah : 175)

b. Syirik dalam tawakkal: tawakkal kepada Allah I dalam segala perkara dan di semua kondisi termasuk jenis ibadah yang paling agung yang harus diikhlaskan hanya kepada Allah I saja. Barangsiapa yang bertawakkal kepada selain Allah I dalam perkara yang tidak bisa melakukannya selain Allah I, seperti tawakkal kepada orang yang sudah meninggal dunia dan orang-orang yang ghaib serta seumpama mereka dalam menolak bahaya, mendapatkan manfaat dan rizqi, berarti dia telah menyekutukan Allah I dengan syirik besar. Firman Allah I:

وَعَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (QS. Al-Maidah :23)

c. Syirik dalam mahabbah (cinta): Cinta kepada Allah I adalah cinta yang konsekuensi logisnya adalah kesempurnaan hina dan taat kepada Allah I. Inilah cinta yang murni hanya karena Allah I. Tidak boleh menyekutukan seseorang dengan-Nya dalam mahabbah ini. Maka, siapa yang cinta kepada sesuatu seperti cintanya kepada Allah I, berarti ia telah menjadikan sekutu dari selain Allah I dalam cinta mengagungkan, dan ini termasuk syirik. Firman Allah I:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا للهِ

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS. Al-Baqarah:165)

d. Syirik dalam taat:

termasuk syirik dalam taat adalah taat kepada para ulama, umara (pemerintah), pemimpin dan hakim dalam menghalalkan yang diharamkan, atau mengharamkan yang dihalalkan Allah I. Maka, siapa yang taat kepada mereka dalam hal itu, berarti dia telah menjadikan sekutu-sekutu (tandingan-tandingan) bagi Allah I dalam tasyri' (menetapkan hukum), menghalalkan dan mengharamkan. Ini termasuk syirik besar, seperti firman Allah I:

اِتَّخَذُوْا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَآأُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا إِلَهًا وَاحِدًا لآإِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb-Rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Rabb ) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Taubat :31)

Pembagian Nifaq:

1. Nifaq besar: yaitu nifaq dalam keyakinan dengan cara menampakkan Islam dan menyembunyikan kekafiran. Penganutnya adalah kafir, (ia akan dimasukkan) ke dalam neraka bagian paling bawah. Firman Allah I:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ اْلأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (QS. An-Nisaa` :145)

2. Nifaq Kecil: yaitu nifaq dalam perbuatan dan seumpamanya. Pelakunya tidak keluar dari agama Islam, akan tetapi dia maksiat kepada Allah I dan Rasul-Nya.

Dari Abdullah bin 'Amr t, bahwa Nabi r bersabda, "Ada empat perkara, siapa yang ada padanya empat perkara itu, niscaya ia adalah seorang munafik murni. Dan, siapa yang ada salah satunya padanya, berarti pada dirinya ada satu perkara nifaq sampai dia meninggalkannya: Bila diberi amanah, ia berkhianat, bila bicara ia berdusta, bila berjanji ia melanggar, dan bila berbantahan (bermusuhan) ia menyimpang/menyeleweng."Muttafaqun 'Alaih.[3]

2. Syirik Kecil: yaitu sesuatu yang dinamakan syirik oleh syara' dan tidak sampai kepada syirik besar. Syirik ini mengurangi tauhid, tetapi tidak mengeluarkan dari agama. Ia adalah sarana menuju syirik besar. Pelakunya akan disiksa dan tidak kekal dalam neraka seperti kekalnya orang-orang kafir. Darahnya tidak boleh ditumpahkan dan hartanya tidak boleh diambil. Syirik besar menggugurkan semua amal ibadah. Adapun syirik kecil, maka ia menggugurkan amal ibadah yang menyertainya. Seperti orang yang beribadah karena Allah I, ia juga ingin mendapat pujian manusia atasnya, seperti memperbaiki shalatnya, atau bersedekah, atau puasa, atau berzikir kepada Allah I agar manusia melihatnya, atau mendengarnya, atau memujinya. Ini adalah riya, bila disertai amal ibadah niscaya riya itu membatalkannya. Tidak ada ungkapan syirik dalam al-Qur`an kecuali yang dimaksud adalah syirik besar. Adapun syirik kecil, maka terdapat dalam sunnah-sunnah mutawatir.

1. Firman Allah I:

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا بَشَرٌ مِّثْلَكُمْ يُوحَى إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلاَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Katakanlah:"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:"Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya". (QS. Al-Kahfi:110)

2. Dari Abu Hurairah t, ia berkata, "Rasulullah r bersabda, 'Allah I berfirman (dalam hadits qudsi): 'Aku adalah yang paling kaya dari sekutu. Barangsiapa yang melakukan amal ibadah yang di dalamnya menyekutukan yang lain dengan Aku, niscaya Aku meninggalnya dan sekutunya."[4]

. Termasuk syirik kecil adalah bersumpah dengan sesuatu selain Allah I. Dan ucapan manusia: sesuatu yang dikehendaki Allah dan dikehendaki fulan, atau kalau bukan karena Allah I dan fulan, atau ini dari Allah I dan fulan, atau tidak ada bagiku selain Allah I dan fulan, dan seumpamanya. Seharusnya ia berkata: Sesuatu yang dikehendaki Allah I kemudian dikehendaki fulan, dan seterusnya.

1. Dari Ibnu Umar t, dari Nabi r, beliau bersabda, "Barangsiapa yang bersumpah kepada selain Allah I, maka dia telah kafir atau syirik." HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi.[5]

2. Dari Huzaifah t, dari Nabi r, beliau bersabda, "Janganlah engkau katakan: 'Apa yang dikehendaki Allah dan dikehendaki fulan, akan tetapi katakanlah: apa yang dikehendaki Allah I kemudian yang dikehendaki fulan." HR. Ahmad dan Abu Daud.[6]

Syirik kecil bisa menjadi besar menurut apa yang ada di hati pelakunya. Maka, seorang muslim harus berhati-hati terhadap syirik secara mutlak/absolot: yang besar dan kecil. Syirik adalah kezhaliman yang besar yang tidak diampuni oleh Allah I. Seperti dalam firman Allah I:

إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisaa`:48)

Perbuatan dan Ucapan yang termasuk syirik (menyekutukan Allah I) atau termasuk sarana-sarananya.

Ada perbuatan dan ucapan yang berada di antara syirik besar dan kecil menurut hati pelakunya dan yang bersumber darinya. Ia bertentangan dengan tauhid atau mengotori kemurniannya. Syari'at telah memperingatkan darinya, di antaranya adalah:

1. Memakai gelang atau benang dan semisalnya dengan tujuan menghilangkan mara bahaya atau penangkal datangnya mara bahaya. Hal itu termasuk syirik.

2. Menggantung tamimah[7] terhadap anak-anak, sama saja berasal dari kharz, atau tulang, atau tulisan. Hal itu untuk menjaga diri dari 'ain[8] (dan itu termasuk syirik.

3. Tathayyur, yaitu menganggap sial dengan burung atau seseorang atau suatu tempat atau semisalnya, dan itu termasuk syirik karena dia bergantung kepada selain Allah I dengan keyakinan mendapat bahaya dari makhluk yang tidak mempunyai manfaat atau mudharat untuk dirinya sendiri. Keyakinan ini termasuk gangguan syetan dan waswasnya, hal itu menolak tawakkal.

4. Tabarruk (mengambil berkah) kepada pohon, batu, tempat-tempat bersejarah/bekas, kubur, dan semisalnya. Maka, meminta berkah, mengharap, dan meyakininya dalam perkara-perkara itu termasuk syirik; karena ia bergantung kepada selain Allah I dalam mendapatkan berkah.

5. Sihir: yaitu yang samar dan halus sebabnya. Ia adalah nama dari jimat-jimat, mentra-mentra, ucapan, dan obat-obatan, maka hal itu memberi pengaruh di hati dan badan, lalu menyebabkan sakit atau meninggal dunia, atau memisahkan di antara seseorang dan istrinya. Ia adalah perbuatan syetan, dan kebanyakan dari sihir itu tidak bisa sampai kepadanya kecuali dengan perbuatan menyekutukan Allah I. Sihir adalah perbuatan syirik karena padanya mengandung ketergantungan kepada selain Allah I dari jenis syetan, karena hal itu termasuk mengaku mengetahui yang gaib. Firman Allah I:

وَمَاكَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِّنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ

padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Merek mengajarkan sihir kepada manusia …. (QS. Al-Baqarah :102)

Terkadang sihir adalah perbuatan maksiat yang merupakan bagian dari dosa besar, bila hanya dengan obat-obatan dan sejenisnya saja.

6. Meramal: ia adalah mengaku mengetahui yang gaib, seperti memberitakan yang akan terjadi di muka bumi karena bersandar kepada syetan, dan itu termasuk syirik; karena mengandung pendekatan diri kepada selain Allah I dan mengklaim mengetahui yang gaib bersama Allah I.

Dari Abu Hurairah t, dari Nabi r, beliau bersabda, "Barang siapa mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad r."[9]

7. Tanjim (astrologi): yaitu mengambil dalil dengan kondisi falak(peredaran bulan dan matahari) atas segala kejadian di permukaan bumi, seperti waktu bertiupnya angin, turunnya hujan, terjadinya penyakit dan kematian, nampaknya panas dan dingin, perubahan harga dan sejenisnya. Itu termasuk syirik; karena menyandarkan sekutu bagi Allah I dalam mengatur dan terhadap ilmu gaib.

8. Meminta hujan dengan bintang: yaitu menyandarkan turunnya hujan kepada munculnya bintang atau tenggelamnya, seperti ia berkata: kita diturunkan hujan dengan bintang ini dan bintang itu. Maka, ia menyandarkan hujan kepada bintang, bukan kepada Allah I. Ini termasuk syirik; karena turunnya hujan berada di tangan Allah I, bukan di tangan bintang dan yang lainnya.

9. Menyandarkan nikmat kepada selain Allah I. Segala nikmat di dunia dan akhirat berasal dari Allah I. Barangsiapa menyandarkannya kepada selain-Nya, sungguhnya dia telah kafir dan menyekutukan Allah I. Seperti orang yang menyandarkan nikmat mendapat harta atau sembuh kepada fulan atau fulan, atau menyandarkan nikmat perjalanan dan keselamatan di darat, laut dan udara kepada sopir, nakoda, dan pilot, atau menyandarkan mendapat nikmat dan terhindar dari mara bahaya kepada usaha pemerintah atau individu atau bendera dan semisalnya.

Maka, wajib menyandarkan semua nikmat kepada Allah I saja dan bersukur kepada-Nya. Adapun yang terjadi di atas tangan sebagian makhluk hanyalah merupakan sebab yang terkadang membuahkan hasil dan bisa juga tidak menghasilkan apa-apa. Terkadang bermanfaat dan bisa juga tidak berguna. Firman Allah I:

وَمَابِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْئَرُون

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (QS. An-Nahl: 53)



[1] HR. al-Bukhari no. 2654 dan lafazd ini adalah miliknya, dan Muslim no.87

[2] HR. al-Bukhari no 4497, ini adalah lafaznya dan Muslim no. 92.

[3] HR. al-Bukhari no 34 dan ini lafazhnya, dan Muslim no. 58.

[4] HR. Muslim no. 2985

[5] Shahih. HR. Abu Daud no. 3251, Shahih Sunan Abu Daud no 2787, at-Tirmidzi no. 1535 dan lafazd adalah miliknya, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1241.

[6] Shahih. HR. Ahmad no. 2354, lihat as-Silsilah ash-Shahihah no. 127, dan Abu Daud no. 3980 dan lafazd ini adalah miliknya, Shahih Sunan Abu Daud no. 4166.

[7] Tamimah: sesuatu yang dikalungkan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang, dan lain sebagainya. (pent. Dikutip dari terj. Kitab Tauhid, Muhammad Yusuf Harun MA.)

[8] Penyakit atau pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang, pent.)

[9] Shahih. HR. Ahmad no. 9536 dan ini lafazdnya, dan al-Hakim no. 15, lihat Irwa` al-Ghalil no 2006.